Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Wall Street Pekan Depan Diuji Laporan Keuangan Big Cap dan Sentimen Suku Bunga The Fed

Dinar Fitra Maghiszha , Jurnalis-Minggu, 02 November 2025 |11:27 WIB
Wall Street Pekan Depan Diuji Laporan Keuangan Big Cap dan Sentimen Suku Bunga The Fed
Pasar saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, bakal diuji pekan depan. (Foto: Okezone.com/Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Pasar saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, bakal diuji pekan depan. Ratusan perusahaan big cap dijadwalkan merilis laporan keuangan di tengah keraguan terhadap arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed).

Secara historis, indeks S&P 500 menguat 2,3% month-to-month pada akhir Oktober 2025, meski sempat bergejolak akibat laporan keuangan beragam dari emiten teknologi raksasa.

Perusahaan teknologi besar lain seperti Advanced Micro Devices (AMD), Qualcomm (QCOM), dan Palantir Technologies (PLTR) akan melaporkan kinerja pekan depan, bersama McDonald's dan Uber.

Secara umum, kinerja perusahaan masih solid. LSEG IBES memperkirakan laba konstituen S&P 500 diperkirakan tumbuh 13,8 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.

Lebih dari 130 emiten dijadwalkan melaporkan kinerja mereka pada pekan depan. Namun, valuasi pasar yang kini mencapai rasio price-to-earnings di atas 23 kali menjadi perhatian investor.

"Jika valuasi sudah mendekati batas atas dan investor enggan membayar kelipatan setinggi era bubble teknologi, maka laba perusahaan harus menjadi pendorong utama bagi kenaikan pasar," ujar Senior Global Investment Strategist Edward Jones, Angelo Kourkafas, dilansir Investing, Minggu (2/11/2025).

Analis juga menilai pelaku pasar mulai ragu terhadap bank sentral AS, setelah The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pekan lalu.

Fed memberi sinyal tak ada lagi pemotongan suku bunga di akhir tahun.

Sebelumnya, Gubernur Fed Jerome Powell menegaskan pemangkasan suku bunga pada pertemuan berikutnya “bukan sesuatu yang pasti.” Pernyataan itu mengejutkan sebagian pelaku pasar yang sebelumnya menganggap langkah tersebut sudah hampir pasti terjadi.

Pasar juga mencermati kondisi ketenagakerjaan di tengah shutdown pemerintah AS sejak 1 Oktober. Investor kini bergantung pada data alternatif seperti laporan tenaga kerja ADP dan survei sentimen konsumen University of Michigan.

Pekan pertama November menandai periode yang secara historis positif bagi bursa saham. Berdasarkan data Stock Trader’s Almanac, sejak 1950, November menjadi bulan dengan performa terbaik bagi S&P 500, dengan rata-rata kenaikan 1,87 persen, diikuti Desember 1,43 persen.

 

Meski begitu, data historis menunjukkan peluang reli lanjutan. Truist Advisory Services mencatat bahwa dalam 21 kasus ketika S&P 500 naik setidaknya 15 persen dalam 10 bulan pertama tahun, indeks tersebut hampir selalu mencatatkan penguatan pada dua bulan terakhir.

Hingga Rabu lalu, 44 persen dari perusahaan S&P 500 telah melaporkan kinerja keuangan. Sebanyak 83 persen melampaui rekor sepanjang sejarah menurut Ned Davis Research.

Namun, volatilitas tetap muncul. Saham Meta Platforms dan Microsoft anjlok usai mengumumkan peningkatan belanja untuk ekspansi AI, sementara Alphabet justru menguat karena pendanaannya dinilai lebih sehat.

Saham Amazon juga naik berkat pertumbuhan kuat di bisnis cloud yang meredakan kekhawatiran tertinggal dalam kompetisi AI.

“Kita sedang berada dalam kekosongan data. Karena itu, sumber alternatif semakin penting untuk membantu The Fed mengkalibrasi arah kebijakan suku bunga,” ujar Kourkafas.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement