JAKARTA - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menegaskan bahwa persoalan yang dihadapi para UMKM bukan hanya maraknya praktik thrifting atau penjualan pakaian bekas impor.
Maman menilai ada ancaman yang jauh lebih merugikan, yakni masuknya barang-barang baru impor dalam jumlah besar tanpa label dan tanpa pengawasan ketat. Terutama barang-barang yang masuk dari China dalam jumlah besar.
"Thrifitng ini baju-baju impor bekas, tapi ada lagi yang merugikan, yaitu baju-baju, barang-barang yang baru, impor dari China. Itu tidak ada label, masuk dengan jumlah yang banyak sekali," ujarnya usai acara Indonesia Sport Summit 2025 di Jakarta, Minggu (7/12/2025).
Menurut Maman, saat ini banyak pakaian, sepatu, celana, hingga aksesori dan berbagai perlengkapan lain yang diimpor dari China dalam skala besar, bahkan hingga kontainer-kontainer, tanpa melalui proses saringan atau pembatasan.
Dia menegaskan bahwa pemerintah tidak hanya memfokuskan perhatian pada pakaian bekas impor. Barang-barang baru yang masuk tanpa label dan tidak mengikuti ketentuan standar keamanan dan mutu justru menjadi ancaman serius bagi industri lokal.
"Jangan hanya melihat impor baju bekas saja, tetapi baju-baju baru yang masuk tanpa label, tanpa identitas, itu jumlahnya luar biasa. Ini yang lagi mau kita dalamai dan batasi, jadi supaya barang kita juga bisa saing," katanya.