Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Rupiah Ditutup Anjlok ke Rp16.777 per Dolar AS

Anggie Ariesta , Jurnalis-Senin, 22 Desember 2025 |16:35 WIB
Rupiah Ditutup Anjlok ke Rp16.777 per Dolar AS
Rupiah Hari Ini (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada akhir perdagangan Senin (22/12/2025), turun 27 poin atau sekitar 0,16 persen ke level Rp16.777 per dolar AS.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, salah satu sentimen pelemahan rupiah adalah datang dari faktor eksternal yaitu kekhawatiran atas ketegangan geopolitik yang kembali meningkat di Timur Tengah juga mendorong harga minyak, setelah laporan akhir pekan mengatakan Israel berencana untuk memberi pengarahan kepada AS tentang serangan baru terhadap Iran.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan bertemu Trump pada akhir Desember, dan diperkirakan akan mendorong tindakan lebih lanjut terhadap Iran karena kekhawatiran atas rudal balistik dan program nuklir Teheran.

“Ketegangan yang kembali meningkat di Timur Tengah dapat mengganggu beberapa produksi minyak di wilayah tersebut, meskipun masih belum jelas apakah rencana untuk tindakan lebih lanjut terhadap Iran akan dilanjutkan,” tulis Ibrahim dalam risetnya.

Menambah ketidakpastian geopolitik global, laporan akhir pekan mengatakan AS sedang bersiap untuk menaiki kapal tanker ketiga di lepas pantai Venezuela, di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Caracas.

Washington, di bawah Trump, telah meningkatkan pengawasannya terhadap Venezuela, menuduh negara itu menggunakan uang minyak untuk mendanai pengiriman narkoba dan imigrasi ilegal ke Amerika Serikat. 

 

Trump pekan lalu memerintahkan blokade kapal tanker minyak yang dikenai sanksi yang bepergian ke dan dari negara itu, dan juga telah meningkatkan kemungkinan kampanye darat terhadap negara Amerika Selatan tersebut.

Minggu ini, agenda ekonomi AS akan padat pada tanggal 23 Desember, karena minggu yang lebih pendek akibat liburan Natal. Para pedagang akan mencerna data rata-rata 4 minggu Perubahan Ketenagakerjaan ADP, angka pertumbuhan untuk kuartal ketiga, Pesanan Barang Tahan Lama bulan Oktober, dan data Produksi Industri untuk bulan Oktober dan November.

Dari sentimen domestik, Ibrahim menilai perekonomian Indonesia ke depan masih akan menghadapi tantangan besar, baik dari sisi global maupun domestik. Namun, harapan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap ada meskipun dihadapkan pada tantangan yang tidak ringan, baik dari ekternal maupun internal Indonesia.

“Sebagai informasi saja, berbagai lembaga internasional, termasuk IMF, memproyeksikan kondisi ekonomi global 2026 tidak lebih baik dibandingkan 2025,” kata Ibrahim.

Perlambatan ekonomi mitra dagang utama Indonesia, meningkatnya ketidakpastian perdagangan internasional, serta dinamika geopolitik global perlu diantisipasi secara serius.

Dari sisi domestik, melemahnya daya beli kelas menengah, risiko inflasi pangan, serta penurunan investasi asing di luar sektor hilirisasi. Ia juga mengingatkan dampak signifikan bencana di Sumatera terhadap perekonomian nasional.

Missal faktor bencana di Sumatera cukup signifikan mempengaruhi capaian pertumbuhan ekonomi. Kalau kita lihat pengalaman tsunami Aceh 2004 itu kontraksi ekonominya sampai 2009, apalagi kalau bencananya di tiga provinsi, perlu lebih serius diatasi.

Dengan kondisi tersebut diatas diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 berada di kisaran 4,9–5,1 persen. Untuk mencapai pertumbuhan di atas 5 persen, perlu adanya penguatan sektor manufaktur dan jasa, peningkatan efektivitas stimulus, serta perbaikan tata kelola fiskal.

Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.770 - Rp16.810 per dolar AS.

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement