JAKARTA - Manajemen PT Katarina Utama Tbk (RINA) akhirnya memberikan kejelasan perincian dana penawaran umum perdana sahamnya (initial public offering/IPO) 14 Juli 2009 kepada pihak Bursa Efek Indonesia (BEI).
Rincian penggunaan dana hasil IPO tersebut diberikan Direktur Utama RINA Fazli bin Zainal Abidin seperti dikutip okezone dalam keterbukaan informasi di situs BEI, Jakarta, Jumat (15/10/2010).
Menurut Fazli, nilai realisasi hasil IPO pada 14 Juli 2009 berjumlah Rp33,600 miliar, dan dikurangi dengan biaya IPO sebesar Rp2,638 miliar maka hasil bersih IPO sebesar Rp30,962 miliar.
Rencananya seperti terungkap dalam prospektus perseroan, seluruh dana tersebut akan digunakan untuk ekspansi usaha perseroan. Dan ia menjelaskan bahwa rencana tersebut sudah direalisasikan sesuai dengan rencana perseroan. Berikut rinciannya:
1. Pembelian alat kerja sebesar Rp11,159 miliar.
2. Pembelian tools sebesar Rp2,510 miliar.
3. Biaya pemasaran sebesar Rp1,674 miliar.
4. Pengadaan kendaraan sebesar Rp3,347 miliar.
5. Pelatihan dan pengembangan human resources sebesar Rp1,674 miliar.
6. Peningkatan freelance menjadi karyawan sebesar Rp3,347 miliar.
7. Mobilisasi dan demobilisasi antara cabang sebesar Rp837 miliar.
8. Pengembangan usaha sebesar Rp3,347 miliar.
9. Pembukaan kantor baru sebesar Rp3,068 miliar.
Adapun dana hasil IPO tersebut tadinya disimpan di dua rekening bank, PT Bank Central Asia cabang KCU Wahid Hasyim Jakarta dan PT CIMB Niaga cabang Gedung BEI Jakarta di mana jangka masa penyimpanan dana di dua rekening tersebut dari 14 Juli 2009 sampai dengan 30 September 2010.
Sebelumnya, beredar kabar yang mengatakan RINA diduga menyelewengkan dana IPO sebesar Rp28,971 miliar dari total perolehan IPO sebesar Rp33,6 miliar. Sedangkan realisasi dana IPO diperkirakan hanya sebesar Rp4,629 miliar.
Jumlah tersebut jauh lebih rendah dari realisasi yang dilaporkan manajemen RINA kepada BEI per 20 Agustus 2010 sebesar Rp30,423 miliar. RINA mencatatkan 210 juta saham baru ke BEI melalui proses IPO pada 14 Juli 2009. Harga per sahamnya Rp160 per saham atau totalnya senilai Rp33,600 miliar.
Biaya emisi IPO dianggarkan sebesar 7,85 persen atau sebesar Rp2,637 miliar. Artinya dana IPO yang diperoleh perseroan setelah dikurangi biaya IPO sebesar Rp30,962 miliar.
Namun, Direktur Utama RINA membantah kabar ini dan dirinya mengaku merasa dirugikan kabar yang menyebutkan adanya dugaan penyelewengan dana IPO serta manipulasi laporan keuangan. Perseroan pun telah bertemu dan menindaklanjuti permintaan otoritas pasar modal. "Semua pemberitaan yang ada sekarang merugikan kami," kata Direktur Utama Fazli bin Zainal Abidin beberapa waktu lalu.
Fazli menjelaskan, seluruh dana IPO sebesar Rp33,9 miliar yang diperoleh saat IPO Juli 2009 lalu telah digunakan sesuai peruntukannya berdasarkan prospektus.
Di mana sebesar 36,4 persen untuk membeli peralatan, 54,05 persen untuk modal kerja serta 9,91 persen untuk menambah kantor cabang. "Setelah dikurangi biaya penjamin emisi, seluruh dana IPO telah kami belanjakan semuanya," imbuhnya.
Mengenai dugaan manipulasi laporan keuangan seperti yang dituduhkan salah satu pemegang sahamnya, PT Media Intertel Graha (MIG) Fazli juga membantahnya. "Kita tidak bermaksud manipulasi laporan keuangan, semua sesuai aturan dan mekanisme yang ada," tegasnya.
MIG, pemilik enam persen saham RINA sebelumnya melaporkan tudingan tersebut ke Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Manajemen MIG membantah laporan keuangan audit 2009 Katarina yang mencantumkan bahwa MIG memiliki piutang usaha sebesar Rp8,606 miliar kepada Katarina.
Fazli menuturkan segala poin yang tertera dalam laporan tersebut telah diaudit Kantor Akuntan Publik (KAP) yang bisa dipertanggungjawabkan secara hukum.
Dia mengungkapkan hal itu bermula saat MIG, sebagai salah satu pemegang saham RINA menggarap sebuah proyek di luar manajemen perseroan. Untuk pengerjaannya, MIG menggunakan fasilitas dan sumber daya Katarina, seperti tenaga kerja, peralatan hingga ekuitas lainnya. "Itu yang menjadi piutang MIG ke kami," katanya.
Hal itu telah disepakati kedua pihak dalam sebuah kesepahaman dan diputuskan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) Katarina beberapa waktu lalu. "Saat RUPS perwakilan MIG tidak menolak laporan keuangan 2009 Katarina, termasuk soal piutang Rp8 miliar itu," katanya.
Selain itu kata Fazli, jika laporan keuangan itu dimanipulasi perseroan, tentunya MIG dapat mengajukan keberatan pada KAP, selaku pihak yang mengaudit. "Sesuai aturan, KAP memberikan waktu dua minggu kepada pihak-pihak yang keberatan. Tapi itu tidak dilakukan, mengapa baru sekarang menuduh yang aneh-aneh," kata Fazli.