Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Gaet Perusahaan Jerman, PTBA Bangun Pabrik Coal Gasification

J Erna , Jurnalis-Selasa, 14 Desember 2010 |08:40 WIB
Gaet Perusahaan Jerman, PTBA Bangun Pabrik <i>Coal Gasification</i>
Ilustrasi
A
A
A

JAKARTA - PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk (PTBA) menjajaki kerjasama pembangunan pabrik coal gasification dengan perusahaan asal Jerman, Lurgi AG. Jika terealisasi, target awal diversifikasi batu bara menjadi gas tersebut diperkirakan sebesar 800.000 million british thermal unit (MBTU) per tahun.

Direktur Utama PTBA Soekrisno mengatakan, kajian kerjasama tersebut diperkirakan rampung akhir Desember 2010 atau awal Januari 2011. “Kalau kerjasama ini jadi, maka pembangunan pabrik dibutuhkan waktu selama dua hingga tiga tahun,” kata dia di Jakarta.

Soekrisno menambahkan, rencananya PTBA akan menyuplai batu bara sebesar 6 juta ton untuk menghasilkan kapasitas produksi sebesar 800.000 MBTU per tahun. Sementara itu, pembelinya (off taker) gas tersebut adalah PT Pertamina (Persero). Selain melakukan kajian mengenai coal gasification, perusahaan tambang pelat merah tersebut juga sedang melakukan kajian awal pembangunan coal upgrading.

“Semuanya masih dalam tahap kajian, mana yang menguntungkan, itu yang kami pilih,” ujarnya.

Mengenai target akuisisi 2-4 tambang di tahun ini, diperkirakan tidak jadi direalisasikan karena harga yang ditawarkan meningkat. “Mereka berubah minta harga tinggi, sehingga tidak mungkin tahun ini. Kita akan cari yang lain,” imbuhnya.

Adapun, perseroan menyediakan belanja modal (capital expenditure/capex) tahun depan senilai Rp1,8 triliun. Mayoritas dana tersebut akan dialokasikan untuk pembangunan dermaga sebesar USD135 juta dan sisanya untuk belanja rutin.

Untuk pendapatan 2010, ditargetkan meningkat sekitar Rp11-12 triliun dari target pendapatan tahun ini senilai Rp8,2 triliun. Hal itu ditopang meningkatnya volume dan harga batu bara tahun depan.

Volume penjualan pada 2011 ditargetkan meningkat menjadi 15 juta ton dari target optimistis tahun ini sekitar 13,3 juta ton. Mengenai harga, Soekrisno memperkirakan, rata-rata bisa mencapai USD80 per ton atau naik dibanding tahun ini sekitar USD61,5 per ton. “Harga tahun ini turun, kalau tahun depan naik sekitar 10-15 persen,” imbuhnya.

(Widi Agustian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement