JAKARTA - Produsen suplemen, makanan dan minuman, serta kosmetika, PT K-Link Indonesia membangun pabrik dan gudang di atas lahan seluas 18 ribu meter persegi di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat. Rencananya, pabrik itu akan memproduksi produk unggulan K-Link di Indonesia, yakni Chlorophyll dan Spirulina.
"Investasinya senilai Rp280 miliar. Tahap awal, kami menyelesaikan pembangunan gudang dulu. Setelah itu, baru pabrik. Rencananya, pabrik sudah bisa beroperasi tahun depan," kata Presiden Direktur K-Link Dato' MD Radzi di Jakarta akhir pekan lalu.
Business Development Manager K-Link Bayu Riono menjelaskan, pada tahap awal, produksi pabrik itu ditargetkan mencapai enam juta botol per tahun. Konsumsi Chlorophyll dan Spirulina di Indonesia mencapai 500 ribu botol per bulan.
Awalnya, produksi untuk memenuhi kebutuhan lokal dulu. Kemudian, produksi dinaikkan bertahap mencapai kapasitas 12-15 juta botol per tahun. "Baru setelah itu sekira 40 persen ditargetkan untuk ekspor," kata Bayu.
Selain itu, menurut Bayu, K-Link juga akan merelokasi pabrik secara penuh dari Malaysia ke Indonesia. "Investasi kami dilakukan dua tahap. Tahap pertama senilai total Rp280 miliar untuk kapasitas enam juta ton. Setelah itu, dilakukan ekspansi pabrik dengan investasi sekira Rp150 miliar. Yakni, untuk ekspansi pabrik dan penambahan mesin-mesin," jelas Bayu.
Lebih lanjut, Dato' MD Radzi mengatakan, pihaknya menargetkan, pendapatan perusahaan bisa naik sekira 20 persen pada tahun ini dibandingkan 2010. "2010, pendapatan kami sekira Rp800 miliar. Tahun ini, sasarannya naik sekira 20 persen," jelas dia.
Group Managing Director K-Link International Daren Goh mengatakan, K-Link merupakan perusahaan asal Malaysia dengan sistem pemasaran Multi Level Marketing (MLM) yang mulai masuk ke Indonesia sekira 2001-2002.
"Dengan dana awal sekira USD30 ribu untuk menyewa kantor selama setahun di kawasan Mangga Dua, Jakarta. Sekarang, tidak sampai 10 tahun, K-Link mempunyai gedung sendiri di Jakarta dengan senilai Rp300 miliar. Ini menjadi rumah bagi K-Link," kata Daren.
Dihubungi terpisah, Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Benny Wahyudi mengatakan, perusahaan yang usahanya berbasis agro seperti K-Link saat ini memang tengah banyak berkembang di Indonesia. "Itu menunjukan bahwa pasar di dalam negeri juga terus berkembang," kata Benny.
Benny berharap, dengan adanya relokasi pabrik dari Malaysia ke Indonesia, maka K-Link dapat memanfaatkan bahan baku dari Indonesia.
"Indonesia sangat kaya sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan bahan baku produk suplemen dan makanan dari K-Link," tutup Benny.