JAKARTA - Nilai tukar rupiah diprediksi belum akan beranjak jauh dari posisi terakhir. Masih sama seperti sebelumnya, kondisi global yang tidak memungkinkan, memaksa rupiah tetap tunduk di bawah bayang-bayang penguatan dolar Amerika Serikat (AS).
"Rupiah pada kali ini akan berada di kisaran Rp8.520-Rp8.535 per USD," ungkap pengamat ekonomi M Doddy Ariefianto kala dihubungi okezone di Jakarta, Selasa (26/7/2011).
Meski diperkirakan batas utang AS akan ditambah, namun kekhawatiran masih menggelayuti para investor. Risiko default di depan mata apabila tidak terjadi kesepakatan antara Demokrat dan Republik mengenai batas utang.
"Tapi saya kira batas utang AS akan ditambah karena jika tidak impact-nya akan besar sekali. Bisa-bisa terjadi bencana finansial karena AS salah satu pusat ekonomi global dan banyak negara-negara emerging market yang memegang surat utang AS. Bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi bila tidak terjadi kesepakatan akan hal ini," paparnya.
Di sisi lain dengan adanya situasi seperti ini, investor cenderung mengalihkan investasinya ke sesuatu yang lebih aman seperti emas.
Doddy menuturkan probabilitas seperti itu sangat dimungkinkan karena situasi perekonomian belum jelas. Investor cenderung wait and see untuk melakukan pergerakan sehingga mereka lebih cenderung untuk menempatkan dananya di tempat atau ke sesuatu yang lebih aman. Hal itu terbukti dengan makin melambungnya harga emas dengan rekor kenaikan tertinggi.
Seperti diketahui, rupiah menurut kurs tengah Bank Indonesia (BI), Senin (25/7/2011), melemah yakni berada di level Rp8.528 per USD. Berbeda tipis pada perdagangan sebelumnya yakni sebesar Rp8.527. Sementara itu, menurut yahoofinance rupiah melemah pada posisi Rp8.527,5 per USD dengan kisaran perdagangan harian Rp8.502-Rp8.527 per USD.
(Widi Agustian)