JAKARTA- Mengawali awal tahun 2012 ini berbagai kebijakan yang dibuat pemerintah diyakini akan berdampak pada kenaikan harga barang-barang (consumer price index).
Ekonom DBA Research Group, Singapura Eugene Leow, menuturkan pemicu kenaikan harga barang tersebut adalah kebijakan pemerintah terkait pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan tarif dasar listrik (TDL) yang akan terjadi pada bulan April 2012 mendatang.
"Perubahan harga yang ditetapkan oleh pemerintah (administered prices) akan berdampak besar terhadap inflasi tahun ini karena Indonesia berusaha untuk semakin menurunkan pengeluaran subsidinya. Kami memprediksi bahwa kenaikan 10 persen TDL yang berlaku April akan berdampak langsung kepada kenaikan sebesar 0,4 persen terhadap harga barang-barang (Consumer Price Index),kebijakan pembatasan BBM bersubsidi juga diproyeksikan akan berlaku di saat yang sama. Kami memprediksi tidak akan ada kenaikan pada harga bahan bakar bersubsidi."ungkapnya dalam siaran persnya, Jakarta, Minggu (15/1/2012).
Dengan memperhitungkan rencana anggaran belanja pemerintah di tahun 2012, yang telah menganggarkan subsidi BBM sebesar 40 juta kilo liter, skenario yang memungkinkan terjadi adalah ada kemungkinan pemerintah akan menaikkan harga BBM bersubsidi. Dampaknya terhadap harga barang (consumer price index) akan bergantung pada besarnya kenaikan harga BBM.
"Berdasarkan kenaikan harga BBM di tahun 2008, kami memperkirakan bahwa kenaikan 30 persen harga BBM bersubsidi akan berpengaruh pada kenaikan inflasi non-inti sebanyak 1,2 persen,"paparnya.
Meskipun demikian, analogi ini tidak semudah pada konteks pembatasan BBM bersubsidi. Untuk membandingkan harga barang (consumer price index) dengan pembatasan BBM bersubsidi, diperlukan kenaikan harga yang lebih sedikit yaitu sekitar 15 persen. Angka ini yang kemungkinan akan menjadi batasan pemerintah dalam menetapkan kenaikan harga. Kenaikan harga BBM akan terjadi jika ada kenaikan tajam pada harga minyak dunia atau jika rencana pembatasan BBM bersubsidi ternyata mengalami kesulitan dalam eksekusinya.
Walaupun pemerintah telah menunjukkan niatnya untuk memberlakukan pembatasan BBM bersubsidi, masih diperlukan persetujuan dari DPR untuk meloloskan kebijakan tersebut. Sebagai catatan, awal 2011 lalu, proposal pemerintah untuk meningkatkan tarif dasar listrik ditolak oleh DPR.
"Menurut hemat kami, keputusan tersebut diambil dengan mempertimbangkan perlambatan ekonomi global serta keraguan apakah kenaikan harga listrik dan BBM tersebut akan berdampak buruk terhadap pasar domestik. Selain itu, faktor lain yang menjadi pertimbangan adalah keraguan apakah pembatasan BBM bersubsidi akan dapat diimplementasikan dengan mudah,"tuturnya.
Menurutnya, Harga barang (consumer price index) seharusnya tetap stabil kecuali terdapat perubahan kebijakan.
Dalam hal ini, harga barang diproyeksikan akan turun di kuartal-I 2012 dan akan meningkat secara perlahan sampai ke level lima persen di akhir tahun.
"Tingkat inflasi rata-rata diperkirakan akan menyentuh 4,5 persen. Dari perspektif kredit, pertumbuhan hutang telah stabil di kisaran 1,9 persen (MoM, sa) di sebelas bulan pertama tahun 2011, jauh dari ekses pertumbuhan sebesar tiga persen yang terjadi pada akhir tahun 2007 dan 2008.,"jelasnya.
"Pertumbuhan kredit yang moderat dari proyeksi 25 persen di tahun 2011 diprediksikan akan terjadi ditengah tekanan faktor ekternal yang lebih besar. hal ini akan berakibat pada tekanan inflasi yang lebih ringan,"pungkasnya. (git)
(Rani Hardjanti)