JAKARTA - Pemerintah memang harus menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, mengingat harga minyak mentah saat ini jauh melampaui asumsi di APBN.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, ada dua hal yang mempengaruhi kenaikan harga minyak mentah yakni suplai, permintaan, dan juga situasi politik Timur Tengah terutama Selat Hormuz.
"Ini memang kan tidak adil negara seperti kita yang membangun tiba-tiba ada kejadian geopolitik seperti itu harga minyak meningkat dan menganggu negara-negara lain," tutur Hatta di Istana Kepresidenan, Jalan Medan Merdeka, Jakarta, Rabu (14/3/2012).
Karenanya, dia meminta pada negara-negara yang berseteru tersebut untuk menahan diri, agar kondisi minyak saat ini dapat kembali stabil.
"Saya kira memang harus ada kesadaran internasional, negara-negara besar, negara penghasil untuk menahan diri. Agar ada stabilitas harga," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, harga minyak mentah Brent ditutup dengan level tertinggi dalam 11 bulan terakhir, didukung adanya sentimen ekonomi Jerman, penjualan ritel Amerika Serikat (AS), dan rencana bank sentral AS mempertahankan suku bunga akan memicu optimisme pertumbuhan.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman April naik 88 sen menjadi USD126,22 per barel, penutupan tertinggi sejak April 2011, setelah fluktuatif dari USD125-USD126,79 per barel.
Sedangkan minyak mentah AS alias West Texas Intermediate pada April naik 37 sen menjadi USD106,71 per barel, setelah mencapai tingkat tertingginya USD107,35 per barel. Setelah jatuh ke USD105,67 per barel.
(Martin Bagya Kertiyasa)