JAKARTA - Bank Indonesia (BI) disarankan menahan tingkat acuan suku bunga (BI Rate) di angka 5,75 persen, kendati harga barang-barang, khususnya sembako, sudah mulai merangkak naik seiring spekulasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
"BI rate akan tetap, paling tidak sampai kebijakan mengenai BBM bersubsidi sudah jelas naiknya berapa, dan kapan," ungkap Pengamat Ekonomi dari Danareksa Insttitute, Purbaya Yudhi Sadewa, dalam pesan singkatnya kepada Okezone, Rabu (11/4/2012)
Meski beberapa kebutuhan pokok mulai naik, namun Purbaya menilai, angka inflasi akan tetap terjaga di angka empat persen, sehingga BI rate masih relevan di kisaran 5,75 persen.
"Walaupun harga naik, inflasi masih di bawah empat persen, jadi BI rate pada level saat ini masih sesuai dengan keadaan inflasi," lanjut dia.
Beberapa waktu lalu, BI memprediksi, jika pemerintah akhirnya sepakat menaikkan harga BBM subsidi sebesar Rp1500 per liter menjadi Rp6000, inflasi akan naik di angka 6,8-7,1 persen (year on year). Angka ini sama dengan angka inflasi yang direvisi dalam APBN-P 2012 dari sebelumnya yang di angka 4,5 persen plus minus satu persen.
Diberitakan sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur BI menetapkan suku bunga acuan alias BI Rate tetap dipertahankan pada kisaran 5,75 persen. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi dari sisi fundamental yang masih terkendali ke depan serta tetap kondusif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari dampak penurunan kinerja perekonomian dunia.
Selain itu, BI akan mengambil langkah kebijakan yang diperlukan untuk mengantisipasi dampak inflasi jangka pendek tersebut melalui penguatan operasi moneter untuk mengendalikan ekses likuiditas jangka pendek, dengan tetap menjaga konsistensi kebijakan suku bunga dengan prakiraan makroekonomi ke depan.
(Martin Bagya Kertiyasa)