JAKARTA - Pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi stabil di kisaran Rp9.150-Rp9.190 per USD. Hal ini, lantaran investor masih bersikap wait and see akan krisis ekonomi di Eropa.
"Investor masih menunggu hasil pertemuan dari petinggi petinggi Uni Eropa yang berupaya mencari dukungan pemecahan krisis yang akan dilaksanakan pekan ini di Washington DC, sehingga memberikan harapan pada pasar akan adanya solusi atas krisis ini," kata Treasury Analyst Telkom Sigma, Rahadyo Anggoro, di Jakarta, Rabu (18/4/2012).
Selain itu, pergerakan dolar AS juga dipengaruhi oleh data ekonomi dengan data ekonomi CPI Inggris, German ZEW Economic sentiment, US Industrial Production MOM dan US Building permit sebagai data yang paling dicermati.
Pada penutupan perdagangan kemarin, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp9.180 per USD. Hal ini didukung oleh adanya lelang SUN dengan target indikatif sebesar Rp6 triliun untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2012.
"Kondisi ini didukung juga dengan penguatan di pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik tipis 10 poin dan menjadi satu-satunya bursa yang menguat di Asia," ungkapnya.
Namun, yang perlu diperhatikan adalah kondisi eropa yang masih mengkhwatirkan, khususnya spanyol. Sentimen negatif datang dari Eropa atas tingginya imbal hasil surat utang bertenor 10 tahun milik Spanyol.
(Martin Bagya Kertiyasa)