JAKARTA - Merosotnya kinerja saham-saham di Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak terlalu berdampak pada pergerakan Surat berharga Negara (SBN). Berdasarkan crisis management protocol (CMP) DJPU Kemenkeu, pasar SBN masih dalam keadaan normal.
Dirjen Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto mengatakan, memang ada kenaikan yield seminggu terakhir ini dan penurunan kepemilikan asing di SBN namun magnitudenya masih relatif kecil. "Tidak ada kenaikan yield dan penurunan kepemilikan asing yang drastis dalam jumlah besar," kata Rahmat melalui pesan singkatnya kepada Okezone, Senin (28/5/2012).
Meski demikian, dia mengungkapkan, pemerintah tetap akan memantau pergerakan SBN pada pasar sekunder. "Komunikasi dengan pasar (primary dealers SUN) dan BI serta Bapepam LK, dan siap melakukan operasi pasar dalam rangka stabiisasi pasar SBN dengan menerapkan Bond Stabilization Framework," tutur dia.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terpantau kembali tertekan pada awal perdagangan pagi ini. Rupiah sekarang ini tersungkur di level Rp9.503 per USD. Seperti disitat dari Yahoofinance, Senin (28/5/2012), level Rp5.903 per USD adalah level tertinggi hari ini. Di mana kisaran perdagangan rupiah ada di Rp9.435-9.503 per USD.
Sementara, Indeks Bursa Saham Gabungan (IHSG) langsung turun 43 poin di awal perdagangan hari ini. Pelemahan indeks saham ini sering dengan kekhawatiran pelaku pasar atas krisis Yunani.
Sementara itu, sejumlah saham blue chips yang tergabung dalam indeks LQ-45 turun 9,5 poin. Saham di sektor keuangan turun 5,29 poin, saham berbasis komoditas turum 19,44 persen di 2087,65 dan saham pertambangan turun ke 2176,77 atau turun satu persen.
(Widi Agustian)