MEDAN - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumatera Utara memprediksi harga minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) masih akan turun sebesar 15 persen pada 2012 ini. Hal itu sehubungan dengan perkembangan nilai mata uang akibat krisis global yang semakin dalam merasuki perekonomian Indonesia.
Prediksi penurunan harga CPO ini juga didukung oleh tren penurunan harga yang terjadi sejak 2011 lalu. Setelah sempat menguat pada 2011 dari USD900 menjadi USD1.124 per metrik ton. Namun hingga semester pertama 2012 ini, harga rata-rata CPO di Rotterdam hanya berada di interval USD1.100 per metrik ton.
"Gejala penurunan sudah mulai nampak di semester kedua 2011 dan semester pertama 2012 ini. Jika tren penurunan harga ini bertahan hingga akhir 2012, harga CPO bisa turun 10 persen hingga 15 persen," jelas Bendahara Gapki Sumut, Laksamana Adiyaksa pada Okezone, Sabtu (23/6/2012).
Namun, menurut Laksamana, penurunan ini belum akan membawa efek cukup signifikan terhadap Indonesia sebagai eksportir. Pasalnya, penyebab penurunan bukan berasal dari dalam negeri. Sehingga jikapun nantinya nilai transaksi ekspor CPO mengalami penurunan, namun dengan volume komoditas yang tetap, komoditas CPO Indonesia akan tetap prospektif.
"Penurunan harga ini memang akan membuat eksportir maupun pembeli di luar negeri cenderung menunggu perkembangan pasar. Mungkin akan ada penundaan kontrak-kontrak, khususnya kontrak jangka panjang, dan ini kan terjadi di semua komoditas," tambahnya.