Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kenaikan Gas Cara Tutup Defisit Subsidi BBM

R Ghita Intan Permatasari , Jurnalis-Kamis, 28 Juni 2012 |14:45 WIB
 Kenaikan Gas Cara Tutup Defisit Subsidi BBM
Ilustrasi. (Foto: Corbis)
A
A
A

JAKARTA - Kenaikan harga gas yang dibebankan kepada pelaku industri, merupakan salah satu cara pemerintah menutupi kebutuhan anggaran dari peningkatan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Pasalnya, subsidi BBM selama ini terus membengkak.

"Kalau mau BBM bersubsidi di tambah, mau darimana uangnya? Ya solusinya menaikkan harga jual gas," tegas Kepala Badan kebijakan Fiskal (BKF), Bambang PS Brodjonegoro, Jakarta, Kamis (28/6/2012).

Bambang melanjutkan, harga jual gas selama ini sudah terlalu murah, jadi wajar jika PGN sendiri menaikkan harga jual gasnya. "Gas kita itu sudah terlalu murah itu saja industri memang sudah lama keenakan. Tapi ya PGN menaikkannya jangan mendadak seperti itu," paparnya.

Meski begitu, dia mengungkapkan kenaikan tersebut seharusnya sudah mengadakan pembicaraan dengan industri. "Dan kalau mau naik fasilitas dan pelayanan ditingkatkan khususnya kepastian pasokan," tukas dia.

Diberitakan sebelumnya, Vice President Gas Resource & Subsidiary Management Gas & Power, Jarwo Sanyoto, mengatakan semakin lama harga gas semakin berkembang, dan makin banyak pula konsumen yang menggunakan gas tersebut. Atas alasan itulah membuat harga gas industri semakin naik.

Awalnya, harga gas memang tidak banyak pergerakan, karena belum ada perhitungan pasti terkait harga gas industri. Dia menjelaskan, selama 20 tahun, Pusri selalu membeli gas dengan harga 50 sen. Namun, saat ini harga gas untuk industri sudah bervariasi hingga mencapai USD10 per million metric British thermal units (mmbtu).

Menurutnya, untuk menentukan harga gas industi, tidak semudah menentukan harga minyak mentah. Dia mengungkapkan terdapat banyak faktor yang menjadi penentu harga gas. 'Menentukan harga gas sulit, karena ada faktor periode, jarak, kemudian komposisinya," ujar dia.

Namun, setelah periode 2000, pembeli gas semakin banyak. "Akhirnya mulailah indeksasi dengan waktu. Kenaikannnya tiga persen per tahun, empat persen per tahun. Awalnya harga ke PGN USD2 per mmbtu dengan eskalasi dua persen per tahun," tukas Jarwo.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement