Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Investor Eropa Paling Gencar Investasi di Indonesia

Sandra Karina , Jurnalis-Kamis, 28 Juni 2012 |17:41 WIB
Investor Eropa Paling Gencar Investasi di Indonesia
Sofyan Wanandi
A
A
A

JAKARTA - Kalangan pengusaha menilai investor asal Eropa paling serius untuk memperkuat investasinya di Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, dalam pertemuan G-20 di Meksiko beberapa waktu lalu, semua negara saling berlomba untuk mempromosikan serta mencari peluang investasi. Dia mencontohkan, Jerman merupakan salah satu negara di wilayah Eropa yang agresif untuk berinvestasi di Indonesia.

Indonesia, kata dia, harus bersaing ketat dengan sejumlah negara lain, seperti Myanmar, Vietnam, Brasil, dan Amerika Latin. Namun sayangnya, Sofyan menyebut, Indonesia masih jauh tertinggal bila dibandingkan negara-negara itu.

"Saya melihat pemerintah masih terpaku pada pemikiran jangka pendek dan terbatas pada lima tahun. Sedangkan pengusaha melihatnya puluhan tahun," kata Sofyan di Jakarta, Kamis (28/6/2012).

Karena itu, menurutnya, pemerintah harus bisa menyelesaikan semua tugas yang saat ini masih menghambat investasi di Tanah Air. Dia menyebut, infrastruktur menjadi masalah yang sangat penting.

Selama ini, ada beberapa investor yang menunda rencana investasinya karena kondisi infrastruktur yang buruk.

"Keterbatasan infrastruktur ini handicap buat kita. Negara-negara pesaing kita tadi juga berlomba-lomba mempromosikan dirinya. Kita sangat jauh ketinggalan," tambahnya.

Sofyan menjelaskan, dalam pertemuan tersebut, para investor yang hadir membahas investasi yang bersifat jangka panjang di negara-negara yang berpotensi besar.

"Sesama investor berbicara soal globalisasi terutama dengan kondisi di Eropa dan Amerika Serikat (AS), mereka sangat ingin ekspansi. Kita itu jadi negara yang betul-betul mereka bidik untuk tempat investasi," jelas dia.

Dia menambahkan, sektor-sektor di Indonesia yang paling banyak dilirik oleh investor antara lain industri jasa seperti perbankan dan telekomunikasi, infrastruktur, dan energi terbarukan.

Sedangkan untuk investasi di sektor manufaktur, Sofyan menambahkan, hal itu bisa datang dan mengalir dengan sendirinya. Asalkan, kondisi infrastruktur baik.

"Manufaktur tidak usah dipromosikan," tandasnya. (gna)

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement