Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tak Ada Sentimen Positif, Minyak Mentah Naik Tipis

Martin Bagya Kertiyasa , Jurnalis-Jum'at, 22 Februari 2013 |09:58 WIB
 Tak Ada Sentimen Positif, Minyak Mentah Naik Tipis
Ilustrasi. (Foto: Reuters)
A
A
A

SYDNEY - Harga West Texas Intermediate (WTI), minyak mentah patokan di Amerika Serikat (AS), memang mengalami kenaikan. Namun kenaikan ini mendekati level terendah sejak Desember. Kenaikan stok minyak mentah AS selama lima pekan, dan mencatatkan rally terpanjang sejak Mei lalu.

Energy Information Administration mencatat persediaan minyak mentah naik 4,1 juta barel pekan lalu, kenaikan terbesar dalam tiga minggu terakhir. Dari angka prediksi sebesar 2 juta barel. Produksi ini merupakan yang tertinggi sejak 1992.

"Kami memiliki permintaan yang lemah, dan produksi domestik yang terus berkembang di AS. Angka-angka dari Departemen Energi yang tidak sangat baik, dengan kenaikan pasokan yang signifikan," kata seorang analis di Fat Prophets, David Lennox, seperti dilansir dari Reuters, Jumat (22/2/2013).

WTI untuk pengiriman April naik naik 18 sen ke USD93,02 per barel dalam perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange, setelah merosot ke USD92,84 kemarin, terendah sejak 31 Desember.

Volume perdagangan minyak mentah WTI mengalami penurunan 37 persen di bawah rata-rata 100 hari perdagangan. Harga minyak WTI telah turun tiga persen minggu ini, terbesar sejak 7 Desember.

Sementara minyak mentah patokan Eropa, London-Brent untuk pengiriman April naik 14 sen ke USD113,67 per barel pada perdagangan yang berbasis di London ICE Europe. Brent telah mengalami penurunan USD2,07 menjadi USD113,53 per barel kemarin.

Volume yang terjadi turun 2,9 persen lebih rendah dari rata-rata 100 hari perdagangan. Akibatnya, disparitas antara Brent dengan WTI ditutup di USD20,75 per barel, sedikit naik dari USD20,69 per barel kemarin.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement