JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika (AS) masih berada di level rawan, meskipun tetap dijaga pada level Rp9.900 per USD. Rupiah masih akan berada dalam tekanan di dalam perdagangan yang volatil.
"Kendati bisa ditutup di bawah Rp9.900 per USD , namun dalam perdagangan harian masih di atas Rp10.000 per USD, artinya rupiah masih berada di level rawan yang merisaukan," ungkap ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih dalam risetnya, Kamis (13/6/2013).
Lebih lanjut, menurutnya beberapa sentimen dari dalam akan mempengaruhi pergerakan rupiah, seperti BI rate yang kemungkinan akan naik 25 bps.
"Hari ini akan ada rapat dewan gubernur (RDG) di mana hal ini sangat ditunggu karena situasi yang tidak normal terkait rupiah dalam beberapa hari ini," jelasnya.
Lana mengungkapkan, dalam beberapa hari ini, rupiah memang mengalami banyak tekanan jual. Hal tersebut bila didiamkan maka akan berujung pada tekanan pelemahan rupiah yang lebih tinggi.
"Kendati angka inflasi Mei deflasi, tetapi ekspektasi inflasi terus naik sebelum pengumuman kenaikan BBM disertai isu pengurangan besaran stimulus global kemungkinan akan direspon BI dengan menaikan BI rate menjadi 6 persen," tutur Lana.
(Widi Agustian)