JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi belanja modal masih minim, yakni sebesar Rp34 triliun atau 18,1 persen. Minimnya realisasi belanja ini, diklaim dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang utama adalah lantaran terjadi investasi. menurutnya, belanja pemerintah hanya memiliki andil yang minim di Gross Domestic Product (GDP) sebesar 9 persen.
"Masa anda berharap growth-nya (pertumbuhannya) datang dari pengeluaran pemerintah? Growth itu akan datang dari konsumsi 55 persen dan investasi swasta yang 25 persen. Itu kuncinya," kata dia kala ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (3/7/2013).
Menurutnya, dengan adanya pertumbuhan investasi, akan menjadi kunci dari pertumbuhan yang saat ini terjadi source of grwoth. "Ini bukan jaman keynes tahun 30an, seluruhnya spending pemerintah," jelasnya.
Oleh karena itu, guna meningkatkan investasi, maka pemerintah harus fokus mengejar kebutuhan dasar dari para investor seperti, infrastruktur dasar.
"Jadi anda enggak bisa mengharapkan dari sana. contohnya Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), tiga hari bisa keluar, gaji ke-13, dana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Jadi langkah-langkah itu bisa, tapi harus dibikin dalam sistem," jelas dia.
"Saya percaya bahwa penyederhanaan izin membantu (meningkatkan investasi). Anda mau berharap dari infrastruktur berapa persen? Pemerintah itu harus hanya sebagai lead di sana," tambah dia.
Menurutnya, pemerintah hanya akan membangun infrastruktur yang tidak menarik bagi swasta. Oleh karena itu, pemerintah tidak akan mencari untung. "Fiskal adalah public provision untuk penyediaan publik lampu jalan, keamanan. Itu fungsi fiskal, jalan tol biar aja private sector," tukas dia.
(Martin Bagya Kertiyasa)