JAKARTA - PT Freeport Indonesia sudah diperbolehkan untuk kembali beroperasi di tambang bawah tanah (underground) mulai hari ini. Bagaimana dengan target produksi setelah hampir dua bulan tidak diperbolehkan operasi?
"Perkiraan kami ada sekitar 20 persen di bawah target. Hanya mencapai 80 persen dari target produksi harian 220.000 ribu ton bijih menjadi 176.000 ribu ton bijih. Ada dua bulan berhenti," kata Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Rozik B Soetjipto di kantor Kementrian ESDM, Jakarta, Selasa (9/7/2013).
Rozik menjelaskan, tambang bawah tanah (underground) ini lebih memiliki jeda waktu perkembangan lebih lambat, untuk mencapai kapasitas desain agar produksi harian kembali normal.
"Kalau untuk tambang permukaan atau tambang terbuka dalam beberapa hari normal praktis. Dan untuk underground info dari tim Freeport kemungkinan satu bulan lebih baru bisa normal," jelas Rozik.
Rozik mengungkapkan, sekira 70 persen hasil tambang diperoleh dari permukaan, sementara dari underground sebesar 35 persen. Hal ini lantaran masalah sifat netralisir batuan biji.
"Ini pengaruhnya dalam pengolahan di pabrik. Sifat telenya, dengan keasaman yang tinggi harus ditambahkan kapur dan biji dari DOZ ikut bantu lebih buat sifatnya lebih basah," ucap Rozik.
Sekadar informasi, produksi bijih harian perseroan mencapai 220 ribu ton per hari. Dari jumlah tersebut sebanyak 140 ribu ton diproduksi di tambang terbuka (open pit), dan 80 ribu ton tambang bawah tanah.
(Martin Bagya Kertiyasa)