JAKARTA - Penggunaan biodiesel PT Pertamina (Persero) terutama sektor transportasi dan PT PLN (Persero) untuk pembangkit listrik sebesar 10 persen dinilai mampu mengurangi impor minyak mentah dan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Seperti yang diketahui, saat ini produksi dalam negeri rata-rata hanya 830 ribu barel per hari (bph), sedangkan konsumsi BBM dalam negeri mencapai 1,3 juta bph. Hal ini mendorong Indonesia melakukan impor BBM untuk memenuhi kebutuhan.
"Produksi biodiesel kita sebesar 4,3 juta kl per tahun, rencananya itu langsung dipakai 10 persen ke BBM (Solar) untuk transportasi, PLN juga untuk pembangkit. Industri juga pake biodiesel, kemudian 4,3 juta kl tersebut dipakai akan mampu mengurangi impor BBM sebesar 80 ribu barel per hari. Kan bagus itu, nah setelah bikin permen langsung bisa dilangsungi dijalani," ungkap Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Suswoutomo mengatakan,di kantor Kementrian ESDM, Jakarta, Jumat (23/8/2013).
Susilo menambahkan, apabila memproduksi biodiesel sebanyak 100 ribu bph dibutuhkan 5,3 juta ton Crude Palm Oil (CPO), sedangkan 200 ribu bph dibutuhkan 11 juta ton CPO, dengan hal tersebut juga akan mampu meningkatkan harga untuk industri.
"PLN kan pakai BBM sebesar 5,6 - 6 juta kl per tahun, kalo ganti 40 persen dengan biodiesel, itu udah 2 juta kl akan mengurangi impor. Hal ini jadi kewajiban untuk pakai biodiesel," papar Susilo.
Seperti yang diketahui, Kementerian ESDM secara spesifik akan mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) untuk mengimplementasikan penggunaan biodiesel 10 persen untuk BBM subsidi jenis solar. (kie)
(Widi Agustian)