JAKARTA - Kementerian Keuangan memaparkan jika dengan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini tidak tepat dengan pendapatan per kapita Indonesia, sehingga dibutuhkan pelepasan subsidi BBM.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang PS Brojonegoro mengungkapkan, saat ini Indonesia dibandingkan dengan negara Asia timur termasuk Australia, merupakan negara dengan harga BBM jenis premium dan solar paling rendah.
"Kita harus perhatikan, misalnya saja Vietnam yang saat ini GDP nya separuh dari Indonesia harga BBMnya (premium dan solar) lebih tinggi. Sekitar USD1 per liternya," ujar Bambang di Kantor Kementerian Keuangan, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Kamis (19/5/2011).
Meskipun tidak mengungkapkan secara eksplisit, namun intinya Bambang menjelaskan harga BBM jenis Premium dan Solar di Indonesia saat ini dianggap tidak wajar. "Harga subsidi jadi tidak pas dengan pendapatan per kapita kita," jelas dia.
Dengan demikian, lanjut Bambang, tidak ada negara selain Indonesia saat ini yang masih disubsidi. "Intinya, BBM (premium dan solar) sudah tidak disubsidi (di Asia Timur dan Australia). BBM sudah dilepas sesuai harga pasar," paparnya.
Hal senada diungakapkan oleh Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo. Agus mengharapkan, guna memperhitungkan defisit yang terjadi akibat kenaikan harga minyak dan Indonesia Crude Product (ICP) maka Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) harus segera menentukan sikap terhadap meningkatnya konsumsi BBM bersubsidi.
"Kita juga harapkan menteri ESDM segera memutuskan apakah akan menaikkan atau melaukan pembatasan BBM bersubsidi," tegas Menkeu di kesempatan yang sama. (nia)