JAKARTA - Rupiah pada pembukaan perdagangan pagi ini diprediksi berada di level Rp8.800-Rp8.860 per USD.
Hal tersebut diungkapkan oleh Treasury Analis Telkom Sigma, Rahadyo anggoro saat dihubungi okezone, Selasa (1/11/2011).
"Dibanding penutupan Jumat minggu lalu, penutupan Senin kemarin agak menguat. Faktornya dalam negeri positif, pasar keuangan Indonesia, pasar domestik tidak mengandalkan ekspor impor," katanya.
Selain itu, ditambahkannya, fundamental ekonomi Indonesia juga masih sangat kuat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi akan berada di level 6,5 persen hingga akhir tahun.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di level 6,5 persen merupakan pertumbuhan ekonomi paling tinggi di antara negara emerging market.
Di samping itu itu masih lebih baik dibanding pertumbuhan ekonomi global yang hanya empat persen. "Sentimen positifnya, rupiah menguat terhadap dolar," tuturnya.
Faktor lain dalam negeri yakni adanya rencana pemerintah utuk menambah utang ditahun depan menjadi Rp133,56 triliun. "Itu digunakan untuk membiayai defisit anggaran," tambahnya singkat.
Sementara faktor yang berasal dari luar adalah terkait dengan pembelian obligasi zona Eropa oleh China. Hal tersebut menurutnya akan memberikan sentimen yang positif terhadap kondisi pasar.
"Memang keputusannnya masih November ini, tapi ekspektasinya negatif, dan peluang itu masih sangat besar," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Kepala dana penyelematan Eropa, Klaus Ragling membujuk China agar mau berinvestasi, dan investor akan dilindungi seperlima dari kerugian awal, di mana pada akhirnya obligasi bisa dalam bentuk yuan jika diinginkan.