Ilustrasi. Foto: Okezone
    
       
          						
			
			               
			JAKARTA - Guna melakukan intervensi pada nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), Bank Indonesia (BI) telah merogoh kocek Rp6,87 triliun. Intervensi ini, dilakukan BI dengan masuk ke pasar sekunder.
Mengutip data di Direktorat Jendral Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan, sabtu (25/2/2012), kepemilikan BI terhadap Surat Berharga Negara (SBN) meningkat dari sebelumnya Rp4,82 triliun menjadi Rp11,69 triliun per 23 Februari.
Sebelumnya, BI juga melakukan pembelian SBN sebesar Rp10,41 triliun pada 16 Februari, saat itu, kepemilikan SBN oleh BI meningkat dari Rp3,49 triliun menjadi Rp13,90 triliun. Dengan demikian, pada Februari ini BI sedikitnya telah mengucurkan dana sebesar Rp17,28 triliun.
Gubernur BI Darmin Nasution pernah mengatakan, BI terus melakukan intervensi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Dia menambahkan, inovasi akan cara BI melakukan intervensi juga terus ditambah, salah satunya adalah dengan masuk ke pasar sekunder.
Maksud Darmin, volatilitas pasar SBN maupun nilai tukar rupiah tidak begitu besar, akibat adanya intervensi yang dilakukan oleh BI. Selain itu, Darmin mengungkapkan BI masih mempunyai sebuah cara guna menstabilkan nilai tukar rupiah. "Kita masih ada satu lagi (cara), lelang dengan valas sekaligus kita beli SUN dengan valas," kata dia.
Namun, Darmin tidak khawatir BI akan kekurangan likuiditas, pasalnya guna meraup valas dari investor, BI telah menetapkan peraturan BI (PBI) akan hasil devisa ekspor. "Jangan lupa, Januari devisa hasil ekspor itu akan masuk ke bank. Itu nanti akan mendorong (valas)," tukas Darmin. (mrt)
(Rani Hardjanti)