JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar diprediksi masih melemah lanjutkan pelemahan yang terjadi pada Jumat pekan lalu. Pengamat pasar uang Farial Anwar memperkirakan nilai tukar rupiah mngawali pekan ini akan diperdagangkan dikisaran Rp9.420-9.490 per USD.
"Tapi jangan dibiarkan menembus level itu karena pasar akan panik nanti. Kita ingin lihat apakah Bank Indonesia (BI) mampu menahan kejatuhan rupiah jangan menembus Rp9.500 per USD," katanya saat dihubungi di Jakarta, Senin (25/6/2012).
Dia menyebut, dolar masih menjadi primadona saat ini lantaran kebutuhan dolar yang besar di pasar uang. Hal tersebut didukung pula oleh sentimen negatif untuk semua mata uang di dunia. "Lebih banyak ke dolar dan treasury bonds, sehingga kebutuhan dolar di pasar global makin besar," imbuhnya.
Farial juga menyebut jika apa yang dilakukan BI selaku bank sentral untuk menahan laju pelemahan rupiah selama ini patut dicermati lagi.
"Intervensi dengan cadangan devisa, tapi itu belum tentu berhasil karena cadangan devisa terbatas dan term deposit di BI sebaiknya segera disalurkan kembali kepada bank yang membutuhkan, agar mereka tidak terpaksa beli dolar," tuturnya.
Sebagaimana diketahui, nilai tukar rupiah bergerak melemah seiring dengan tekanan yang muncul dari sentimen global. Rupiah pun terlihat melemah ke Rp9.481 per USD. Rupiah, menurut kurs tengah BI, Jumat (22/6/2012) berada di level Rp9.473 per USD, sama seperti periode yang sama hari sebelumnya. Sementara menurut Bloomberg, rupiah ada di Rp9.841 per USD.
"Jumat lalu, memang di pasar global di bank global seperti Amerika, investor cenderung pegang dolar karena lebih safe, itu juga karena indeks volatile. Tren negatif di Asia jadi investor lebih memilih pegang dolar," tandasnya.