MEDAN - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara mencatat peningkatan volume impor Amerika Serikat (AS) atas produk Sumatera Utara masih dapat meningkat di tengah krisis ekonomi yang belum kunjung usai di negeri tersebut.
Peningkatan sebesar 1,2 persen ini pun sangat menggembirakan bagi Sumatera Utara, di tengah kinerja perdagangan internasional yang relatif menurun sebagai dampak dari krisis global.
“Impor Amerika ini sangat membantu dalam mempertahankan kinerja perdagangan luar negeri kita yang lagi menurun akibat terdampak krisis global. Pada semester I-2011, devisa yang kita dapat dari impor non-migas yang dilakukan Amerika Serikat hanya sekira USD438,5 juta sedangkan saat ini jumlahnya telah mencapai USD443,8 juta. Jumlah ini seharusnya bisa lebih besar, jika pada Juni lalu tidak sempat terjadi rebound," terang Kepala BPS Sumut Suharno pada Okezone, Kamis (2/8/2012).
Suharno menyebutkan, peningkatan impor Amerika atas produk Indonesia ini memang belum mampu mempertahankan surplus neraca perdagangan Sumut dengan Amerika berada di zona positif. Namun setidaknya kenaikan impor Amerika ini tetap mampu menjaga surplus dibawah 10 persen.
“Total devisa yang kita dapat dari Amerika pada semester I-2012 terbilang cukup besar, senilai USD305 juta. Itu didapat dari aktifitas ekspor kita senilai USD443,782 juta dan impor kita USD138,775 juta. Memang surplusnya menurun karena pada semester lalu sempat menyentuh USD326,506 juta. Tapi masih cukup menggembirakan, karena ditengah badai krisis ini penurunannya hanya 6,58 persen," jelasnya.
Peningkatan impor Amerika ini sendiri disinyalir terjadi karena tingginya kebutuhan negeri Paman Sam itu akan komoditas CPO dan karet untuk kebutuhan pangan maupun industri kenderaan bermotor negeri itu yang kini tengah coba dibangkitkan. Namun secara kalkulasi penurunan devisa dari neraca perdagangan ini sejatinya didukung oleh penurunan harga komoditas baik CPO maupun karet. Karena secara volume impor yang dilakukan Amerika atas produk karet dan CPO tidak menurun.
(Widi Agustian)