JAKARTA - Anggota komisi XI DPR-RI Arief Budimanta menuturkan bahwa pidato yang disampaikan Presiden di ruang paripurna menunjukkan ketidakonsistenan tema dan alokasi anggaran.
Arief menuturkan, semestinya pidato Presiden tadi malam lebih difokuskan kepada dua tema. Pertama ialah perekonomian domestik dan perluasan kesejahteraan rakyat. Kedua, tentang penyehatan fiskal.
"Ini menunjukkan ketidakonsistenan tema dan alokasi anggaran dan dua-duanya terbantahkan. Utang nambah Rp215 triliun apanya yang sehat? Defisit 1,6 persen di mana sehatnya? Kalau kita mengambil kesempatan anggaran berimbang defisit dikurangi nol persen ini inkonsistensi," tutur Arif, di Gedung Paripurna DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (16/8/2012) malam.
Arief menyebutkan anggaran yang di-drive oleh utang sudah cukup besar yakni Rp215 triliun. Ditambah lagi utang baru yang direncanakan untuk 2013 baik untuk keperluan dalam negeri mapun luar negeri.
Menurut Arief, walaupun rasio utang menurun terhadap PDB tapi persoalannya bukan disitu saja. Dia melanjutkan, utang tetap harus dibayar, tentu saja dari penerimaan dan dari penerimaan PNBP lifting minyak. Kemudian dari hasil royalti tidak ada peningkatan signifikan, artinya proses renegosiasi yang didengungkan pemerintah belum berjalan sehingga menyebabkan defisitnya anggaran.
"Menurut pandangan saya untuk apa defisit untuk apa dalam model seperti ini defisit, Presiden mengatakan harus lihat dinamika perekonomian global. Utang kita sudah lebih dari Rp2.000 triliun, 2013 mau nambah lagi Rp215 triliun ini inkonsisten betul," ujar Arief.
Komisi XI dalam hal ini akan melakukan proses restrukturisasi agar APBN sesuai dengan tema utamanya yakni perekonomian domestik dan perluasan kesejahteraan rakyat, dan tentang penyahatan fiskal.
"Menurut pandangan saya kita akan melakukan proses restrkturisasi agar APBN ini sesuai dengan tema utamanya," pungkas Arief.