JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan renegosiasi harga gas alam cair atau LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat yang diekspor ke China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) ke Provinsi Fujian masih belum menemukan titik temu.
Deputi Pengendalian Komersial SKK Migas Widhyawan Prawiraatmadja mengatakan apabila dalam waktu tidak ditentukan, renegosiasi harga tersebut masih belum dapat kesepakatan harga dapat dibawa ke Arbitrase Internasional.
"Apabila renegosiasi harga gas tersebut buntu maka dapat dibawa ke Arbitrase Internasional," ungkap Widhayawan di kantor SKK Migas, Jakarta, Jumat (5/7/2013).
Widhyawan menambahkan, walaupun masih alot saat ini renegosiasi harga masih tetap berjalan. "Kalau ngotot ada mekanisme Arbritase. Tapi, nego harga jalan terus. Kami maunya secepetnya," tegasnya.
Lanjut Widhyawan mengungkapkan, dalam kontrak jual beli gas, penjual dapat mereview harga jual gas ke pembeli per empat tahun sesuai dengan harga gas yang ada di regional.
"Kalau dari penjual balikin ke harga pasar, pembeli enggak mau serta-merta naik. Ini nego, enggak bisa cepet. Dari situ memang kalau jadi penjual inginnya cepat," ucapnya.
Seperti yang diketahui, saat ini harga gas ke Fujian, China hanya mencapai USD3,35 per juta british thermal unit (mmbtu), sedangkan rata-rata harga gas domestik melalu gas alam cair (LNG) mencapai USD 11 per mmbtu. (wan)
(Widi Agustian)