SOLO - Total realisasi pengapalan barang Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Kota Solo pada Juni 2013 mengalami penyusutan sekitar 50 persen atau 48.302,87 kilogram (kg). Padahal pada bulan Mei, realisasi produk tekstil masih 91.125,15 kg..
Penyebab menurunnya ekspor tekstil dari Kota Solo dipicu semakin menyusutnya negara tujuan ekspor dari 27 negara menjadi 19 negara.
Dari data realisasi ekspor yang diterbitkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Solo, selama April sampai Juni 2013, tercatat total volume pengapalan barang-barang tekstil hanya sekitar 48.302,87 kg dengan realisasi nilai ekspor senilai USD1,19 juta.
Jumlah ini, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan kondisi bulan Mei masih senilai USD2,55 juta didukung total produk yang dikapalkan ke luar negeri sebanyak 91.125.15 kg.
Dari data tersebut bisa diketahui bila siklus pengapalan barang tekstil bulan April jumlah barang yang dikirimkan ke luar negeri masih sebanyak 61.544,30 kg dengan total nilai ekspor sebesar USD1,27 juta.
Kasi Perdagangan Luar Negeri, Disperindag Kota Solo, Endang K Maharani mengatakan, dari 19 negara yang terdiri dari lima negara wilayah Asia, dua Afrika, sembilan negara Eropa, satu dari benua Australia serta dua dari wilayah Amerika Utara, membuat kondisi ekspor ke luar negeri turun hampir 50 persen dari kondisi bulan sebelumnya, lantaran terbentur kendala teknis.
"Turunnya, ekspor produk tekstil pada bulan Juni kemarin lebih dipicu adanya kekosongan data untuk lembaran form A pada bulan April," jelas Endang, kepada wartawan,di Solo,Jawa Tengah,Kamis (18/7/2013).
Akibatnya, untuk data realisasi nilai ekspor TPT pada Mei terjadi penumpukan data sehingga membuat pendataan yang masuk pada bulan itu menjadi lebih banyak ketimbang bulan Juni.
Secara keseluruhan,ungkap Endang, kinerja aktivitas eksport produk tekstil dari Kota Solo menuju berbagai negara kini masih stagnan.
Meskipun saat ini sudah terjadi peralihan atau diversifikasi negara tujuan eksport, namun hal tersebut belum banyak membantu peningkatan nilai ekspor komoditas tersebut.
Padahal, produk tekstil bersama furniture dan produk batik merupakan salah satu komoditas unggulan yang mampu menopang perekonomian lokal. (wan)
(Widi Agustian)