JAKARTA - Bulan puasa menyebabkan permintaan akan beberapa bahan pangan melonjak tinggi salah satunya, daging ayam atau ayam potong. Namun, tingginya konsumsi daging ayam tersebut, nyatanya tidak membuat harga daging ayam mengalami kenaikan.
Federasi Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) Don P Utoyo mengatakan, harga ayam mengalami penurunan pada 16 Juli, di mana Day Old Chick (DOC) turun dari Rp7.000 per ekor menjadi Rp3.500 per ekor. Sedangkan Live Bird (LB) atau ayam hidup pada 17 Juli mengalami penurunan Rp1.000-Rp2.500 per kilogram (kg).
"Sesuai prediksi, di Jabodetabek, Sukabumi, Cianjur, harga-harga ayam turun tajam. 16 Juli DOC turun drastis dari Rp7.000 per ekor, jadi Rp3.500 per ekor (HPP Rp4.000-Rp4.500 per ekor)," kata Don P Utoyo kepada Okezone, Jakarta, (19/7/2013).
Penurunan LB Rp1.000-Rp2.500 per kg terjadi sejak 17 Juli, dari harga pasaran Rp19.000-Rp20.000 per kg (HPP Rp17.000-Rp18.000 per kg). Menurut Don P Utoyo, penurunan tersebut dikarenakan adanya penurunan demand.
Penurunan demand, terjadi antara 15 persen sampai 25 persen, dengan suplai tetap besar, dapat terlihat dengan naiknya suplai antara 10-15 persen dari tahun yang lalu.
Dengan demikian, masyarakat dan pemerintah berharap agar pasar mampu menekan kuat ke bawah mengenai harga pedagang dan pengecer ayam potong menjadi wajar. Di mana, pedagang cukup menjual ayam potong dengan harga Rp32.000-Rp33.000 per kg.
"Pedagang cukup menjual dengan harga Rp32.000-Rp33.000 per kg. Spekulasi-spekulasi memanfaatkan momen seperti ini dengan ambil untung (profit taking) besar. Ini yang membuat produsen tak berdaya menghadapinya," tutupnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)