MEMASUKI musim Idul Adha tahun 2013, ayah tiga anak ini mengatakan sudah menyiapkan hewan kurban sebanyak 155 ekor hewan kurban yang terdiri dari sapi lokal 52 ekor, kambing 83 ekor dan domba 20 ekor.
"Tahun ini lebih sedikit memang, karena tahun lalu saja bisa 77 ekor sapi satu lapak, dan kambing bisa 150 ekor. Berkurangnya pasokan ini karena harga yang sudah meningkat dan mempengaruhi harga bibitnya juga serta mahalnya biaya untuk pakan dan perawatan. Harga daging pun jadi mahal, tahun lalu kan cuma Rp75 ribu per kg sekarang bisa Rp100 ribu per kg," jelas Abu kepada Okezone di Jakarta.
Abu menceritakan, dengan kenaikan ini membuat harga hewan kurbannya pun naik hingga 25 persen. Tahun lalu, sapi ukuran 200 kg hanya Rp8 juta, sekarang bisa Rp11 juta. "Hal ini sama kaya kambing, biasa yang kecil Rp1 juta, sekarang bisa Rp1,5 juta," tambahnya.
Dirinya mengakui, sudah mulai berjualan dari Rabu lalu. Dan dari 155 ekor hewan kurban yang siapkan sudah laku terjual hampir 50 persennya.
"Barusan ada yang beli sapi limousine dengan berat 800 kg, saya jual Rp40 juta. Jenis sapinya ada 20 limousine, dan sisanya jenis simental. Alhmdulillah dari 52 sapi sudah laku 26 termasuk jenis Limousine. Sedangkan kambing sudah 35 kambing yang laku," jelasnya.
Menurut Abu, untuk masalah harga hewan kurban sudah ada rinciannya dengan melihat kondisi dan berat hewan kurbannya dengan membagi 7 kelompok. Sebagai contoh, Abu mengatakan, untuk kambing yang paling murah dibanderol dengan minimal Rp1,3 juta dan sapi minimal Rp11,5 juta.
"Kelompok D paling murah, ada kelompok C, B, A, Super 1, Super 2 dan Istimewa, dan harga ini masih bisa nego," tuturnya.
Kendati pasokan tahun ini berkurang, untuk masalah omzet tahun ini diperkirakan mencapai Rp1 miliar lebih. Pasalnya, untuk belanja modalnya sudah mencapai Rp1 miliar. Dan dirinya menargetkan penjualan hewan kurbannya laris seperti tahun lalu.
"Kalau moment Idul Adha, Alhamdulillah bisa laku semua, tahun lalu saja dengan 77 sapi 150 kambing, omzet hampir Rp1 miliar. Sedangkan tahun ini saya berdoa agar laku semua juga dan pendapatan akan meningkat juga bisa Rp1 miliar lebih, yang pasti diatas belanja modal," ungkapnya.
Menurut Abu, dengan tujuh tahun berjualan hewan kurban, sudah memiliki langganan tetap yakni para pembelinya lebih banyak dari Masjid untuk melakukan kurban.
"Sapi yang paling banyak dibeli dari Masjid, karena kan Masjid punya dana untuk berkurban dengan patungan tujuh orang bisa beli satu ekor sapi dengan harga Rp13-14 juta daripada beli kambing yang bisa capai Rp2 juta per ekor. Lalu sekolah dan masyarakat sekitar," paparnya.
Moment penjualan hewan kurban yang paling ramai, Abu menjelaskan yakni H-5 hingga malam takbiran menjelang perayaan Idul Adha, namun tidak jarang ada juga yang tetap membeli pas hari H-nya.
"Dan apabila pasokan yang di Jakarta sudah habis, kita datangkan lagi dari kuningan. Namun pasokan pun datang tergantung permintaan konsumen juga. Yang pasti stok di kuningan siap dikirim apabila ada permintaan," kata dia.
Untuk kondisi hewan kurban miliknya, Abu menjamin hewan kurban miliknya tidak ada yang sakit. Hal ini karena di Kuningan sudah dicek kesehatan, lalu pas masuk ke Jakarta pun sudah dicek oleh Dinas Kesehatan Peternakan.
"Semua udah diperiksa dokter, alhmdulillah tidak ada yang sakit. Karena saya juga enggak mau mengecewakan konsumen dan langganan kita, saya maunya beli-beli lagi karena puas," harap Abu.
Diakuinya dengan musim yang cenderung lebih banyak musim panas yang terjadi saat ini, membuat pakan untuk hewan kurban cukup sulit karena kemarau/kering.
"Untuk pakan ambilnya jauh di Rorotan dan Cilincing, untuk disini masih ada hujan, jadi pakannya masih banyak. Apalagi makanan untuk kambing, di Jakarta masih banyak rumput-rumputan," tambahnya.
Lanjut Abu menceritakan, apabila momentum Idul Adha tahun ini sudah berakhir, dirinya tidak ambil diam, karena akan menyiapkan untuk Idul Adha tahun depan dengan membeli bibit-bibit sapi serta kambing.
"Setiap tahun kita jual, kalau udah selesai kita belanja anak-anak/bibit-bibitnya kecil untuk kita gemukin, enam hingga sembilan bulan, jadi kalau ada yang mau beli tetap bisa. Saya bukan pedagang yang kagetan, karena pada musim biasa aja, saya juga menerima pesanan untuk aqiqahan," tutupnya.
(Widi Agustian)