JAKARTA - Di zaman orde baru, Presiden Soeharto telah menaikkan harga BBM masing 2.000 kali untuk premium, 1.832 kali untuk solar dan 700 kali untuk minyak tanah selama 32 tahun menjabat.
Seringnya menaikkan harga BBM oleh Soeharto tidak diikuti protes massal. Hal ini disebabkan dua hal, rakyat takut berunjuk rasa kepada penguasa otoriter Soeharto dan kondisi perekonomian masyarakat masih relatif stabil.
Berdasarkan penelusuran Litbang Okezone, Selasa (18/11/2014), pada masa Presiden Soeharto, harga premium awalnya Rp500 per liter, dan di akhir jabatannya mencapai Rp1.000. Sementara untuk solar awalnya Rp0,3 per liter menjadi Rp550.
Di awal era Presiden Gus Dur yang menjabat selama 1,75 tahub, harga premium awalnya Rp1.000 per liter dan di akhir jabatannya Rp1.150. Untuk solar, awalnya Rp550 dan diakhiri Rp600.
Di awal zaman Megawati, harga premium Rp1.150 per liter. Dan diakhir jabatannya yang berlangsung selama 3,25 tahun, harga premium menjadi Rp1.810. Sementara harga solar awalnya Rp600 menjadi Rp1.890.
Sementara di kepemimpinan Presiden SBY yang belangsung selama 10 tahun, harga BBM jenis premium awalnya Rp1.810 per liter, dan diakhir jabatannya naik menjadi Rp6.500. Sementara harga solar yang awalnya Rp1.890 naik menjadi Rp4.700.
Dan di awal pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), harga BBM dinaikkan Rp2.000 per liter pada 18 November 2014. Dari awalnya harga premium Rp6.500 naik menjadi Rp8.500 dan harga solar menjadi Rp7.500 dari awalnya Rp5.500.
(Fakhri Rezy)