Chairman Exxon Mobil Rex W Tillerson memprediksi, harga minyak akan bertahan pada level terendah dalam setidaknya dua tahun. Menurutnya, fluktuasi ini kemudian berujung kepada banyaknya implikasi yang akan terjadi pada pasar real estat dunia.
Berikut adalah hasil pengamatan Jaringan properti internasional Lamudi terkait dampak pada pasar real estat di lima negara produsen minyak di negara berkembang:
1. Indonesia
Anjloknya harga minyak kemungkinan besar akan berdampak pada ekonomi di Indonesia. Hal ini lantaran layanan minyak dan industri sumber daya alam lainnya seperti batu bara. Meskipun begitu, bagi para end-consumer nampaknya sejauh ini masih marjinal, karena harga minyak yang rendah membantu pemerintah mengurangi subsidi BBM.
“Harga minyak yang rendah, memiliki dampak yang tidak besar bagi pasar properti karena tidak ada pengaruh besar terhadap penghasilan yang siap dibelanjakan (disposable income)," papar Managing Director Lamudi Indonesia Karan Khetan, di Jakarta, Senin (9/3/2015).
"Mereka yang bekerja di industri minyak dan sumber daya alam akan terkena dampaknya namun pertumbuhan di sektor ekonomi lainnya akan menyeimbangkan dan hasil dari permintaan di real estate terbatas,” tambah dia.
2. Arab Saudi
Sebagai pengekspor minyak nomor satu di dunia, komoditas ini merupakan 90 persen penghasilan pemerintah di Arab Saudi. Anjloknya harga minyak membuat keuangan negara ini mengalami pukulan besar dengan turunnya harga minyak. US Bank Citi memprediksi pada Januari total pembelanjaan akan turun sampai ke USD241 Miliar tahun ini.
Jumlah ini turun 18 persen dari angka di 2014. Pada sektor properti, negara ini sedang berusaha mengatasi kekurangan perumahan sekitar satu juta unit, yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi.
Pukulan terhadap penghasilan pemerintah dari penurunan harga minyak ini sangat mungkin mempengaruhi kemampuan negara ini memperkenalkan proyek baru untuk mengatasi kekurangan ini.
3. Qatar
Penurunan harga minyak ini diharapkan mempunyai dampak kecil bagi ekonomi Qatar karena mereka terus mencoba memvariasikan ekonominya selain pengekspor minyak dan gas.
Hasilnya, investasi di infrastruktur dan perkembangan properti masih akan berkembang dan berlanjut dengan pertumbuhan pasar real estat di negara ini. Bahkan, pemain di industri real estat memprediksi bahwa harga sewa di pasaran akan stabil karena bertambahnya jumlah suplai yang ada, karena banyaknya proyek real estat seperti Lusail City yang sedang berjalan.
4. Nigeria
Ekonomi di Nigeria 70 persen bergantung pada minyak mentah sehingga adanya penurunan harga akan berdampak signifikan kepada sumber penghasilan utama negara ini. Terlebih lagi mayoritas dari proyek real estat di negara ini dibiayai oleh pemerintah. Hal ini mengindikasikan akan ada pengurangan dana yang tersedia untuk perkembangan properti.
Managing Director Lamudi Nigeria, Obi Ejimofo, memperkirakan bahwa perkembangan perumahan di luar kota besar Nigeria akan mengalami perlambatan sebagai hasilnya.
“Pertanyaan sekarang adalah apakah harga minyak rendah ini akan bertahan, atau apa akan naik kembali dalam jangka 12 bulan. Ini akan menentukan bagaimana industri real estate terpengaruh dalam jangka panjang,” ujarnya.
5. Meksiko
CEO Lamudi Amerika Latin Vera Makarov memperkirakan, kebijakan termasuk reformasi pajak dan investasi pemerintah di perumahan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan kuat di pasar properti di Meksiko pada 2015. Sementara itu, reformasi di sektor energi akan menarik banyak investor internasional ke Meksiko.
Kombinasi ini, akan mengimbangi dampak lain yang disebabkan oleh turunnya harga minyak di pasar real estat. Pasalnya pemerintah juga sedang mencari cara mengurangi pengeluaran hingga USD8,4 Miliar untuk mengatasi berkurangnya pemasukan karena penurunan harga minyak.
“Stimulus utama pasar properti akan datang dari kebijakan perumahan pemerintah, diumumkan pada Januari, yang diharapkan akan memancing investasi real estat sebesar 370 Miliar peso dan membuka jalan untuk konstruksi dari 500.000 rumah,” tukasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)