Menteri ESDM Sudirman Said mengungkapkan kondisi energi fosil yang semakin menipis, membuat EBT harus dikembangkan. Apalagi, kebijakan ini sejalan dengan amanat yang diberikan Dewan Energi Nasional (DEN) untuk mencapai energi terbarukan 35 persen.
"Kita akan agresif investasi di EBT. Untuk bujet kita minta bantuannya kepada Komisi VII DPR RI. Karena kita juga harus bangun pendukungnya," ujar Sudirman di Jakarta, Rabu (8/4/2015).
Dia mengungkapkan, akibat penurunan harga minyak mentah membuat pengembangan EBT menjadi kurang diminati. Akan tetapi, EBT sangat menjadi andalan bila sampai energi fosil benar-benar telah terdeteksi habis.
Oleh karena itu, pemerintah telah mewajibkan Pertamina maupun PLN agar turut mengembangkan EBT. Langkah tersebut, merupakan bukti keseriusan pemerintah dalam mengembangkan maupun menumbuhkan industri penunjang EBT meliputi solar cell dan lain-lain.
"Sebelumnya banyak pabrik solar cell yang buka tutup, karena pemerintah tidak konsisten. Pabrik buka ketika ada proyek, tidak ada proyek tutup lagi," jelasnya.
Di sisi lain, kini pemerintah telah menerapkan pencampuran BBM dengan BBN hingga 15 persen. Melalui kebijakan biodiesel itu, maka akan memberikan manfaat besar yang meliputi impor BBM bisa turun, menghemat devisa, bisnis CPO berpotensi naik maupun harga akan baik.
(Martin Bagya Kertiyasa)