Akrobatik Rupiah dan Kekhawatiran 1998

Dani Jumadil Akhir, Jurnalis
Rabu 05 Agustus 2015 06:21 WIB
Ilustrasi: Okezone
Share :

JAKARTA – Menteri Keuangan Bambang PS Pudjobroto telah berulang kali menegaskan kejatuhan Rupiah saat ini jauh berbeda dengan peristiwa krisis moneter 1997. Dia pun kembali mengutarakan penegasannya seusai rapat koordinasi antara pemerintah dengan Bank Indonesia, Selasa 4 Agustus kemarin.

Besaran nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memang serupa krisis 1998. Namun, perbedaannya adalah fundamental ekonomi yang lebih stabil dan terkendali.

Saat ini Rupiah bergerak di level Rp13.500 per USD, setelah sebelumnya terombang-ambing di level Rp13.300-Rp13.400 per USD. Ruang gerak pelemahan Rupiah ini sudah terjadi sejak akhir 2014 hingga saat ini. Rupiah terus anjlok hingga level terendahnya mencapai Rp13.500 per USD

Pelemahan nilai tukar Rupiah disumbang oleh faktor eksternal, mulai ketakutan kenaikan suku bunga acuan AS oleh bank sentralnya, The Fed, gejolak ekonomi China, hingga lesunya harga komoditas ekspor.

Kendati demikian, para pejabat tinggi Republik Indonesia ini masih menganggap pelemahan nilai tukar Rupiah ini masih dianggap wajar, karena yang melemah tidak hanya menghantam Rupiah, tetapi seluruh mata uang dunia akibat penguatan dolar AS. Selain itu, mereka pun mengklaim sudah ada perbaikan ekonomi makro secara fundamental, mulai dari inflasi hingga kepercayaan investasi.

Berikut tanggapan mengenai gejolak nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS yang mendekati krisis 1998, seperti dirangkum Okezone.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya