JAKARTA - Sepanjang 2015 kondisi perekonomian Indonesia memang tidak ramah bagi dunia usaha. Salah satu yang paling menghantam karena nilai tukar Rupiah yang anjlok cukup dalam.
Salah satu emiten yang mengaku menerima imbas negatif tersebut yakni PT Martina Berto Tbk (MBTO). Direktur Utama Martina Berto Bryan David Emil mengaku, perseroan mengalami rugi kurs hingga Rp10 miliar di 2015
"Mungkin rugi kurs kurang lebih ada Rp10 miliar lebih. Itu cukup lumayan dalam. Siapa yang bisa menduga di Indonesia pada 2015 turun dari Rp12 ribu sampai mendekati Rp14 ribu per USD lebih," katanya di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (13/1/2016).
Kendati begitu, Bryan mengaku pertumbuhan penjualan perseroan hingga akhir 2015 meningkat 3,4 persen. Pertumbuhan tersebut memang masih belum dipastikan, pasalnya laporan keuangan MBTO kuartal IV 2015 masih dalam proses audit.
"Pertumbuhan dari penjualan kita kurang lebih positif pertumbuhannya sekitar plus minus 3,4 persen. Ini masih unaudit. Tapi harus diinget bahwa daya beli masyarakat tidak bagus di 2015. Kita bisa mencatat bahwa itu pertumbuhan nett sell yang positif," imbuhnya.
Namun, Bryan mengakui, bahwa capaian pertumbuhan penjualan tersebut sebenarnya menurun dibanding periode sebelumnya. Hal itu karenakan adanya rugi kurs yang mencapai Rp10 miliar.
"Jadi itu sebenarnya flat bahkan agak turun. Karena kita banyak melakukan investasi di marketing dan sales. Lalu pelemahan dari kurs Rupiah ke USD, jadi cukup berdampak," pungkasnya.
(Fakhri Rezy)