”Lewat program itu lingkungan perkotaan, terutama di kawasan perkampungan berangsur-angsur bersih dan nyaman. Masyarakat sekarang mengerti bagaimana mengelola kampung yang bersih,” katanya.
Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini mengatakan, setiap tahun volume sampah industri, rumah tangga, perkantoran, dan lingkungan lain di Surabaya menurun 10 persen. Pada awal pemerintahannya tahun 2010, volume sampah di Surabaya mencapai 3.000 ton per hari. (Baca juga: Kementerian PUPR Bertemu 3 Negara di Hari Pertama Prepcom III
Tapi kini, Surabaya hanya menghasilkan sampah 1.400 ton per hari. Lebih dari itu yang membanggakan Risma adalah perubahan pola hidup warga Surabaya. Saat ini mereka telah bisa mengelola limbah rumah tangga menjadi lebih bermanfaat. ”Sekarang air limbah yang dihasilkan rumah tangga digunakan untuk menyiram tanaman dan mencuci kendaraan,” katanya. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengakui, sangat tidak mudah mengajak warga ikut berperan aktif menata lingkungan tempat tinggal.
Padahal kesadaran warga adalah kunci utama keberhasilan penataan kota. Di Surabaya kendati peran aktif warga belum terlihat menyeluruh di semua kawasan, tapi pemerintah pusat tetap melihatnya sebagai sebuah keberhasilan.
(Rizkie Fauzian)