GRESIK - PT Barata Indonesia (Persero) kemarin melakukan pengiriman ekspor komponen kereta api ke dua negara tujuan yaitu Amerika Serikat (AS) dan Meksiko.
Ekspor tersebut untuk memenuhi kontrak jangka panjang tahun 2011-2021 yang telah disepakati oleh perusahaan yang berkantor pusat di Gresik, Jawa Timur, tersebut. Komponen kereta api tersebut salah satunya dikirim untuk perusahaan Standart Car Truck Company yang berkantor pusat di Illinois, Amerika Serikat.
Direktur Utama Barata Indonesia Silmy Karim mengatakan, ke depan penjualan ekspor akan terus ditingkatkan. Salah satunya dengan merehabilitasi dan meningkatkan kapasitas produksi pabrik Barata Indonesia. Saat ini perseroan sedang dalam tahap persiapan akhir untuk merealisasikan investasi yang dibutuhkan.
”Peningkatan fasilitas tersebut agar siap mendukung ekspor dan program-program yang sedang digalakkan oleh pemerintah, seperti infrastruktur pembangkit listrik, infrastruktur logistik pelabuhan, pembangunan dan perawatan pabrik-pabrik besar seperti gula, semen, termasuk fasilitas minyak dan gas Pertamina dan PGN,” ujar Silmy dalam keterangan persnya kemarin.
PT Barata Indonesia (Persero) yang berdiri pada 1901 memiliki beberapa bidang usaha, salah satunya di bidang casting (pengecoran logam) seperti komponen kereta api untuk kebutuhan domestik dan ekspor. Penjualan ekspor Barata per tahun sekitar USD10 juta, atau sekitar 20 persen dari total penjualan.
”Untuk memenuhi standar kualitas ekspor, Pabrik Pengecoran kami telah memiliki sertifikat AAR (Association of America Railroads) sebagai syarat untuk bisa menembus pasar ekspor ke USA & Canada,” katanya. Tahun ini Barata Indonesia mendapatkan alokasi Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp500 miliar.
Dana tersebut sudah mendapatkan persetujuan DPR dan kini tinggal menunggu pencairan oleh pemerintah. Silmy berpendapat, industri berat (heavy industry) di Indonesia harus dikembangkan karena industri ini adalah salah satu pilar dalam meraih sukses di bidang ekonomi ke depan.
”Di Asia ada Jepang, Korea, dan sekarang China yang industri beratnya maju, ini merupakan prasyarat bagi suatu negara untuk bisa terus membangun industrinya, yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonominya,” pungkasnya.
(Raisa Adila)