HOT SHOT: Jeff Bezos Miliarder yang Jadi 'Bapak' E-Commerce Dunia

Martin Bagya Kertiyasa, Jurnalis
Sabtu 17 September 2016 18:17 WIB
CEO Amazon Jeff Bezos. (Foto: Reuters)
Share :

JAKARTA - Banyak orang yang kini memilih untuk belanja via internet ketimbang harus datang ke mal atau pusat perbelanjaan. Praktis, cepat, dan ringkas adalah alasan utama bagi para penggemar belanja online.

Seiring dengan bertambahnya penggila belanja online, situs e-commerce atau belanja online juga kerap bermunculan. Adalah Amazon, situs belanja online terbesar sekaligus tertua yang ada di bumi ini.

Amazon.com, perusahaan e-commerce besutan Jeffrey Preston Bezos ini menghasilkan USD28 miliar-USD30,5 miliar pada awal 2016. Siapa sangka, Amazon.com yang tadinya hanya sebuah toko buku berhasil mendunia berkat kerja keras Jeff Bezos.

Lahir pada 12 Januari 1964, di Albuquerque, New Mexico, Bezos memang sudah tertarik dengan komputer dan mempelajari ilmu komputer dan teknik elektro di Universitas Princeton.

Lahir dari pasangan Jacklyn Gise Jorgensen dan Ted Jorgensen. Mereka menikah kurang dari satu tahun dan ketika Bezos berusia 4 tahun, ibunya kembali menikah dengan salah satu imigran Kuba, Mike Bezos.

Jeff Bezos sejak kecil memang tertarik untuk mencoba sesuatu yang baru, bahkan dia mengubah garasi orangtuanya menjadi laboratorium dan alat-alat listrik. Dia baru menemukan kecintaan pada komputer setelah pindah ke Miami. Selama menimba ilmu di sekolah tinggi, dia juga memulai bisnis pertamanya, Dream Institute, sebuah kamp musim panas untuk siswa kelas empat, lima, dan enam.

Bezos lulus dari Princeton University dengan predikat cum laude pada 1986 dengan gelar ilmu komputer dan teknik listrik. Setelah lulus, dia mulai mencoba bekerja di beberapa perusahaan di Wall Street, termasuk Fitel, Bankers Trust, dan perusahaan investasi D E  Shaw. Di sana, dia bertemu dengan calon istrinya, Mackenzie, dan menjadi wakil presiden perusahaan termuda pada 1990.

Lahirnya Amazon

Meski sudah terbilang sukses, Bezos tampaknya memiliki jalannya sendiri. Dia membuat sebuah langkah berisiko dan terjun ke dunia e-commerce, yang kala itu terbilang baru. Empat tahun kemudian, dia memilih berhenti dari pekerjaannya untuk membuka Amazon.com, toko buku virtual, sesaat setelah pindah ke Seattle.

Layaknya toko belanja online, pada awalnya, Bezos menyulap rumahnya sebagai kantor dan membuat mini office di garasinya bersama dengan beberapa karyawan, dia mulai mengembangkan perangkat lunak. Merasa rumahnya sudah tidak memadai, dia pun memperluas operasinya ke sebuah rumah dengan dua kamar tidur, dilengkapi dengan tiga Sun Microstations, dan akhirnya mengembangkan sebuah situs.

Pada 16 Juli 1995, setelah mengundang 300 teman-temannya untuk pengujian awal situs tersebut, Bezos membuka Amazon.com. Dia mendapat inspirasi nama tersebut dari sungai yang terkenal di Amerika Selatan, yakni sungai Amazon.

Beberapa saat setelah dibuka, ternyata Amazon sangat sukses, tanpa promosi yang berlebih, Amazon.com berhasil menjual buku ke seluruh Amerika Serikat dan ke 45 negara lainnya hanya dalam waktu 30 hari. Penjualan Amazon pun mencapai USD20.000 seminggu hanya dalam dua bulan, sebuah pertumbuhan yang tidak disangka oleh Bezos dan timnya.

Untuk memperluas ekspansi, Amazon.com pun go public pada 1997. Saat itu, banyak analis pasar mempertanyakan kelangsungan hidup Amazon.com, jika peritel tradisional juga meluncurkan situs e-commerce mereka sendiri. Dua tahun kemudian, Amazon menjawab tantangan tersebut dengan menjadi pemimpin e-commerce.

Bezos pun melakukan versifikasi pada Amazon dengan masuk ke penjualan CD dan VCD pada 1998, diikuti dengan penjualan pakaian, elektronik, mainan, dan bermacam-macam barang melalui kemitraan dengan ritel besar. Sementara banyak perusahaan e-commerce lainnya berguguran di awal periode 90-an, Amazon tetap berkembang dengan penjualan tahunan yang melonjak dari USD510 ribu pada 1995, menjadi lebih dari USD17 miliar pada 2011.

Pada 2006, Bezos kembali membuat langkah mengejutkan dengan mengumumkan investasi di Blue Origin, perusahaan kedirgantaraan yang berbasis di Seattle yang mengembangkan teknologi untuk menawarkan perjalanan ruang angkasa bagi para pelanggannya.

Selang beberapa tahun kemudian, Bezos kembali menjadi berita utama di seluruh dunia, ketika pada 5 Agustus 2013 dia memutuskan untuk membeli The Washington Post dan perusahaan yang berafiliasi dengan perusahaan induknya, The Washington Post Co, sebesar USD250 juta. Kesepakatan itu menandai akhir dari masa pemerintahan empat generasi lebih The Post Co oleh keluarga Graham, termasuk Donald E Graham dan kepala eksekutif, serta keponakannya, Katharine Weymouth.

Tidak berhenti sampai di situ, pada awal Desember 2013, Bezos kembali menjadi berita utama ketika dia mengumumkan inisiatif eksperimental oleh Amazon baru yang disebut Amazon Prime Air.  Nantinya, layanan tersebut akan menggunakan drone sebagai sarana untuk mengantar barang, menggantikan pengiriman tradisionalnya ke pelanggan.

Menurut Bezos, drone ini mampu membawa barang dengan berat hingga 5 pound, dan mampu bepergian dalam jarak 10 mil dari pusat distribusi perusahaan. Jika semua berjalan lancar, Bezos yakin layanan ini sudah bisa dinikmati dalam waktu empat atau lima tahun.

Meski demikian, tidak semua kreasi Bezos sukses. Fire Phone adalah salah satu produk yang dikritik karena dianggap terlalu menipu. Produk tersebut pun dihentikan setelah setahun diproduksi.

Saat ini, Bezos mulai mencoba peruntungannya menajdi aktor dengan bermain di film fiksi ilmiah ‘Star Trek Beyond’. Dia memang berambisi menjadi aktor di film tersebut, lantaran sudah menjadi penggemar ‘Star Trek’ sejak kecil. Nama Bezos pun terdaftar sebagai Official Starfleet di film tersebut.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya