JAKARTA - Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyebutkan perusahaan BUMN ataupun swasta harus mampu menyisihkan sekitar 2% dari pendapatan untuk investasi dalam bentuk branding. Jumlah yang didapat ini akan dimanfaatkan untuk kegiatan mempromosikan produknya.
"Rule of thumb-nya (aturan mainnya) 2% dari revenue. Jadi angka cepat untuk biaya promosi. Misal pendapatan kita Rp100 juta, ya berarti Rp2 juta," ucapnya dalam acara Conserto BUMN Branding and Marketing 2016 di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu (23/11/2016).
Arief menegaskan, investasi untuk branding mau tidak mau harus disisihkan. Jika tidak dilakukan, maka perusahaan akan sulit dalam menjual produk-produknya tanpa merek (brand).
"Ingat di strategic marketing diajarkan customer itu penting tidak? Penting sekali. Produk penting? Penting sekali. Brand penting enggak? Penting sekali. Brand itu sepenting customer dan produknya," jelasnya.
"Nah, orang hanya mengenalkan dengan mengatakan 'produk saya bagus', tapi dia tidak membuat brand itu apa namanya. Maka brand itu adalah janji produk kepada customer-nya, dan bila direalisasikan maka akan menjadi reputasi," lanjut Arief.
(Martin Bagya Kertiyasa)