Cara H&M Tahan Gempuran Industri Fashion

Koran SINDO, Jurnalis
Jum'at 07 April 2017 13:32 WIB
Ilustrasi: Reuters
Share :

JAKARTA - Situasi industri fashion tidaklah segonjang-ganjing minyak atau media massa. Namun, saat ini, interaksi jual beli di toko pakaian menurun seiring dengan maraknya pusat perbelanjaan online.

Di tengah hambatan penetrasi, perusahaan busana ternama Hennes and Mauritz (H&M) mencoba menghadapinya dengan ide-ide berlian. Akhir-akhir ini H&M baru saja mengumumkan peluncuran brand terbaru mereka Arket, meski kondisi pasar di Amerika Serikat (AS) dan Eropa Tengah menurun.

Arket akan diluncurkan pada kuartal III-2017. Toko pertama akan dibuka di London, lalu Brussels, Kopenhagen, dan Muenchen. Adapun, toko online akan dibuka di 18 pasar Eropa. Menurut H&M, Arket akan menyediakan busana bagi kaum pria, perempuan, dan anak-anak, juga produk rumah tangga.

. “Untuk mampu beradaptasi dengan perubahan cepat yang terjadi di dunia, kami perlu bergerak dan bekerja lebih cepat dan fleksibel,” ujar CEO H&M Karl-Johan Persson pada Maret ini dikutip AFP.

Persson sadar perusahaannya juga terombang-ambing akibat ketidakpastian pasar. Dalam laporan keuangannya, H&M mengalami penurunan keuntungan sekitar 3,4% selama kuartal I. Penyebabnya diduga akibat kombinasi antara melambatnya penjualan produk dan diskon tahunan.

Atas kondisi itu, H&M dilaporkan hanya meraup keuntungan bersih sekitar 2,45 miliar kronor Swedia (Rp3,6 triliun), sedangkan turnover-nya mencapai 8% atau sekitar 46,98 miliar kronor Swedia. Di pasar lokal, H&M mampu tetap berjaya, mereka mengalami peningkatan penjualan sekitar 4%, meski tidak mencapai target yang dipasang sebesar 10-15%.

“Secara umum, kondisi pasar di Eropa Tengah, Selatan, dan AS memang sedang sulit. Hal itu berdampak besar terhadap perusahaan kami,” kata Persson.

Pada awal April nilai saham H&M juga anjlok sekitar 5,7% di Bursa Saham Stockholm. Tantangan-tantangan ini sekaligus mendorong H&M untuk membuka cabang di negara-negara Asia. Tahun ini, H&M akan menyasar Kazakhstan, Vietnam, Kolombia, Islandia, dan Georgia. Toko pertama H&M di Kazakhstan akan dibuka di Almaty, 18 Mei mendatang.

Sementara itu, di Taiwan, Hong Kong, Makau, Singapura, dan Malaysia, H&M hanya akan membuka toko online pada semester pertama 2017. “Sampai akhir tahun, total toko baru direncanakan mencapai 430 unit. Sebagian besar merupakan toko H&M, sedangkan 70-80 lain merupakan toko COS, & Other Stories, Monki, Weekday, dan ARKET,” ungkap H&M di situs resminya.

Brand seperti COS, & Other Stories, Monki, dan Weekday merupakan jantung utama H&M. Reputasi H&M terselamatkan oleh keberagaman brand-nya sehingga menyasar berbagai kalangan. Pada kuartal I/2017, penjualan H&M di Afrika Selatan meningkat 39% atau sekitar 356 juta Rand Afrika Selatan dari sembilan toko.

Pekan lalu H&M bahkan membuka toko ke-100 di Nelspruit dan toko ke-11 akan dibuka di Polokwane.

H&M sengaja menyasar pasar Afsel untuk mencari pasar pengganti potensial. Pengamat ekonomi Peter Takaendesa mengatakan, H&M tumbuh lebih cepat dibanding ritel terbesar Afsel sekalipun karena beberapa faktor, di antaranya investasi terhadap toko baru kuat, pemasarannya efektif, dan posisi penawaran produknya lebih baik.

“Kami memperkirakan saat ini revenue H&M di pasar Afsel hanya sekitar 1%. Kami yakin mereka akan terus mendapatkan pangsa baru,” ujar Takaendesa.

Akselerasi perkembangan toko baru ini tidak hanya bergulir di Afsel, tapi juga di berbagai negara lain. “Artinya, ini merupakan strategi yang dikeluarkan di tingkat grup,” ujarnya.

Sejauh ini H&M dan brand-brand asosiasinya beroperasi di 62 negara dengan total toko mencapai 4.000 unit. Karena itu, H&M dinobatkan sebagai ritel busana kedua terbesar di dunia setelah Inditex.

H&M juga membuka toko online di 32 negara, COS di 19 negara, Monki dan Weekday di 18 negara, & Other Stories di 13 negara, dan Cheap Monday di 5 negara. H&M didirikan Erling Persson pada 1947. Saat itu dia membuka toko pertamanya di Vasteras, Swedia.

Toko itu dikenal dengan sebutan Hennes (her/- panggilan perempuan) karena secara eksklusif hanya menjual busana kaum hawa. Pada 1968 Persson kemudian berkolaborasi dengan Mauritz Widforss yang menjajakan baju laki-laki. Sejak saat itu nama toko berubah menjadi Hennes & Mauritz (H&M).

H&M masuk ke daftar Bursa Saham Stockholm pada 1974. Dua tahun kemudian toko pertama H&M di luar Skandinavia dibuka di London, Inggris. Dengan potensi yang menggiurkan, H&M melanjutkan ekspansi di Eropa dan mulai memasuki AS pada 2000.

Dengan adanya rencana ekspansi di Asia dan Timur Tengah serta peluncuran konsep toko, seperti COS, Weekday, Monki, dan Cheap Monday pada 2009 dan 2010, H&M masuk ke dalam ranking twenty-first brand global paling berharga versi Interbrand. Nilai H&M ditaksir berkisar antara USD12 miliar- 16 miliar dan menjadi ritel termahal. Keuntungan itu tidak seluruhnya dinikmati H&M.

Sebagai bentuk aktivitas sosial, mereka sering terlibat dalam program-program pendidikan bagi anak-anak, akses air bersih, pemberdayaan perempuan dalam skala global, dan peduli terhadap lingkungan. Pada 2012 H&M menyumbangkan dana sekitar USD4,5 kepada UNICEF. Dimulai pada Februari 2013, H&M menawarkan barter voucher dengan pakaian bekas. Garmen hasil donasi itu akan diproses I:CO, sebuah ritel yang mendaur ulang pakaian bekas sehingga bebas limbah.

H&M kemudian bersama Zara dan perusahaan busana lainnya mengganti rantai suplai bahan baku demi melindungi hutan. H&M lalu mendirikan H&M Foundation. H&M Foundation merupakan yayasan nirlaba yang ditujukan untuk mengimplementasikan perubahan positif dan meningkatkan standar hidup masyarakat dunia. Berdasarkan data yang pernah dipublikasikan, keluarga Persson dilaporkan sudah memberikan donasi sekitar USD154 juta.

(Rizkie Fauzian)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya