JAKARTA - Pembangunan Proyek Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta pada akhir tahun lalu tercatat mengalami kekurangan dana hingga mencapai Rp2,5 triliun. Kekurangan dana ini dialami pada proyek yang tengah dibangun, yaitu fase 1 Koridor Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia.
Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Saefullah mengatakan, kekurangan anggaran ini salah satunya disebabkan karena adanya perubahan struktur bangunan. Struktur bangunan MRT ini pun dibuat untuk tahan terhadap guncangan gempa.
"Ada perubahan struktur tentang ketahanan gempa. Kalau terjadi gempa, jadi ada peningkatan volume dan kualitas struktur," ujarnya di Kompleks Istana Negara, Jakarta, Selasa (11/7/2017) malam.
Penambahan anggaran ini pun telah diajukan oleh pemerintah DKI. Namun, hal ini belum disampaikan kepada Bappenas.
"Kurang Rp2,5 triliun sudah diajukan, lagi proses persetujuan dewan, Kemendagri, keuangan. Nanti ke Bappenas," ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan, khususnya untuk MRT, pembangunan telah mencapai 74%. Pembangunan MRT ini ditargetkan selesai hingga 90% pada tahun ini.
Hanya saja, pembangunan MRT ini sempat terkendala pembebasan lahan. Pembangunan Stasiun Haji Nawi di kawasan Fatmawati pun masih terhambat hingga saat ini.
"Kita ada kendala sedikit MRT terkait pembebasan lahan, yang kemarin di PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara) kemudian dimenangkan oleh penggugat, tapi kami banding. Itu di jalan Haji Nawi yang elevated tapi yang di atas sudah semua," tuturnya.
Proyek ini diharapkan rampung pada tahun depan sehingga pengerjaannya tidak mengganggu perhelatan Asian Games. Artinya, jalan-jalan yang terkena proyek MRT dapat dibersihkan sebelum Asian Games dimulai.
(Fakhri Rezy)