JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menilai PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Masyarakat Kelistrikan Indonesia (MKI) terlalu memfokuskan diri seperti apa pengembangan energi baru terbarukan (EBT) tanpa memikirkan berapa keterjangkauan tarif listrik yang dijual ke masyarakat.
Padahal apa pun hasil listriknya, kata Jonan, pemerintah sudah mengatur tarif batas atas dan bawah listrik. Jadi daripada hasil listrik dari EBT mahal, lebih baik menggunakan energi fosil.
"Jadi kenapa diatur? Supaya buat tarif listrik turun dan tidak naik. Saya kan sudah bilang ke PLN, pemerintah akan happy kalau tarif listrik tidak naik, kita happy kalau tarif turun," ujarnya dalam acara Powering Indonesia 2017, di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (19/7/2017).
Selama ini, lanjut Jonan, MKI dan PLN bertahun-tahun tidak fokus pada tarif terjangkau dari masyarakat. Padahal, ada satu daerah yang sudah punya power plan, tapi ternyata tidak bisa membelinya.
"Kalau ini terjadi pada kita yang usianya 50 tahun ke atas, kita hanya bisa dia saja. Tapi kalau terjadi pada anak kita usia 15-17 tahun, dan ketika lihat ada pembangunan listrik, ternyata orangtuanya tidak bisa beli, maka akan timbulkan kecemburuan sosial. Jadi yang besar adalah perasaan ketidakadilan," ujarnya.
Sebagai informasi, pemerintah lewat Kementerian ESDM memastikan bahwa tidak akan ada kenaikan tarif listrik untuk semua golongan hingga akhir 2017. Hal ini berlaku juga pada golongan 900 volt ampere (va) yang terkena penyesuaian subsidi tepat sasaran.
(Dani Jumadil Akhir)