JAKARTA - Konsumsi rumah tangga memang mengalami penurunan. Akan tetapi, nominalnya justru bertambah. Fakta tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suharyanto.
Dia menjelaskan, pada triwulan pertama 2017 rata-rata konsumsi per kapita sebesar Rp4,8 juta. Pada kuartal kedua, totalnya meningkat Rp5,07 juta per kapita.
"Kalau kita lihat pertumbuhan konsumsi rumah tangga memang melambat, tapi nominalnya sendiri sebetulnya naik," ujarnya di Gedung Nusantara 3, Komplek DPR RI, Senin (14/8/2017).
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi 5,01%, Menteri Bambang: Perlahan Investasi Mulai Tumbuh!
Kecuk menengarai adanya pergeseran dari pola konsumsi non-makanan kepada non-makanan. Konsumsi makanan terutama yang berbentuk restoran mengalami kenaikan, tapi konsumsi untuk non-makanan secara tahunan mengalami koreksi 4,87% ke 4,59% (yoy).
Secara sederhana, Kecuk menjelaskan bahwa masyarakat kini lebih cenderung untuk mengonsumsi makanan siap saji dan mulai jarang membeli bahan makanan belum diolah. Oleh karena itu, Kecuk menyimpulkan telah terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat.
Baca Juga: Soal Daya Beli, BPS: Pola Konsumsi Masyarakat Semakin Cerdas dan Efisien!
Selain, faktor perubahan pola konsumsi masyarakat, adanya perubahan mekanisme transaksi dari offline kepada sistem pembelian online juga menyebabkan daya beli masyarakat tampak melemah.
"Pertanyaan apakah yang terjadi? Kalau kita lihat dispute di surat kabar itu ada tiga, daya beli turun, ada perubahan dari offline ke online, dan mungkin ada perubahan pola konsumsi," tambah dia.
Selain itu, ada pola alokasi konsumsi yang berbeda pada masyarakat lapisan bawah dan lapisan atas. Masyarakat lapisan bawah, kata Kecuk, ada indikasi konsumsi yang agak tertekan. Terlihat dari upah buruh petani yang secara nominal mengalami pertumbuhan tetapi secara rela justru tertekan. Artinya, kata dia, pendapatan petani memang tipis dan tidak mampu mengompensasi inflasi.
"Sedangkan, untuk konsumsi lapisan menengah ke atas, itu masih bagus tapi ada gejala mereka menahan uang, tentu saja dipengaruhi situasi yang ada," terang dia.
Sebagai catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 4,95% pada kuartal II 2017. Angka ini di bawah ekspektasi lantaran adanya momentum Lebaran yang diharapakan dapat mendorong konsumsi rumah tangga hingga 5%.
(Dani Jumadil Akhir)