JAKARTA - Indonesia adalah negara maritim yang tentunya memiliki banyak potensi pada hasil tangkapan ikan. Hal inilah yang coba dimanfaatkan oleh pemerintah untuk meningkatkan konsumsi ikan per kapita di Indonesia.
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, rata-rata konsumsi ikan per kapita di Indonesia telah mencapai 43 kilogram (kg) per tahun. Tahun ini, konsumsi ikan di Indonesia per kapita ditargetkan mencapai 47 kg per tahun.
Untuk memenuhi target ini, Susi menekankan bahwa dibutuhkan hasil tangkap ikan hingga mencapai 750.000 ton. Angka ini pun tidak mustahil untuk dicapai mengingat besarnya potensi sumber daya alam pada sektor kelautan yang dimiliki oleh Indonesia.
"Kalau ditotal penduduk Indonesia kita perlu 750.000 ton ikan lagi untuk bisa dimakan oleh bangsa kita," kata Susi di Halaman Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (15/8/2017).
Menurut Susi, konsumsi ikan perlu ditingkatkan karena memiliki dampak terhadap kesehatan. Utamanya adalah dampak pada untuk tumbuh kembang anak-anak.
"Data statistik kita itu angka anak-anak stunting itu yang paling banyak rate-nya itu adalah di tempat yang kurang makan ikan dari 31 kg. Jadi ikan begitu penting dari bagian pertumbuhan anak-anak. Jadi dari data statistik yang kita dapat dari BPS tentang angka stunting atau angka kuntet tumbuhnya tidak normal itu ternyata kebanyakan di wilayah yang makan ikannya di bawah 31 kg," ujar Susi.
Dari data BPS ini, lanjut Susi, menunjukkan bahwa kekurangan makan ikan akan berdampak pada terganggunya tumbuh kembang pada anak. Untuk itu, pemerintah gencar mempromosikan gemar makan ikan hingga ke tingkat sekolah dan pesantren.
"Nah ini kita targetkan mereka bisa makan ikan. Paling tidak contohnya misalnya kalau santrinya 20.000 orang, kali satu minggu 4 kg, berarti kurang lebih 50 kg dalam setahun, sesuai dengan target kita. Nah itu kita harus sediakan berarti di satu pesantren yang siswanya 20.000 kurang lebih 80 ton ikan sepanjang tahun.
Dalam rangka persiapan untuk menghadapi kompetisi global, maka konsumsi ikan perlu ditinggalkan pada seluruh lapisan masyarakat. Tak hanya di kota besar, konsumsi ikan juga perlu ditingkatkan pada daerah perdesaan.
"Kalau pertumbuhan badan terganggu pasti otak juga terganggu. Padahal kita ingin membuat manusia-manusia Indonesia bisa berkompetisi global, tidak kalah dengan Filipina, tidak kalah dengan Singapura, ya kita mesti masukan asupan ikan yang cukup," ujarnya.
Menurut Susi terdapat beberapa daerah dengan tingkat konsumsi ikan yang cukup rendah. Beberapa di antaranya adalah Solo dan Yogyakarta. Diharapkan, masyarakat dapat memilih ikan sebagai lauk utama dibandingkan dengan daging yang lebih mahal.
"1 kg ikan lele atau gabus kan cuma Rp15.000 atau Rp20.000, 1 kg daging dapat 4 kg ikan. Kedua, daging ada kolesterolnya. Ketiga, menghabiskan devisa karena impor. Kebanyakan. Keempat, kalau kita tidak makan ikan ditenggelamkan," tukasnya.
(Fakhri Rezy)