JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengucap rasa syukur atas capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2 tahun terakhir, yang mencapai rata-rata 5%.Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengucap rasa syukur atas capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2 tahun terakhir, yang mencapai rata-rata 5%.
"Alhamdulillah, berkat kerja keras kita bersama dan atas perkenan Allah SWT, pembangunan ekonomi nasional telah menunjukkan capaian yang cukup menjanjikan," kata Jokowi saat Pidato Presiden pada Penyampaian Keterangan Pemerintas atas Rancangan Undang-Undang tentang APBN 2018 Beserta Nota Keuangan di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (16/8/2017).
Baca Juga: NOTA KEUANGAN: Jokowi Banggakan Pencapaian Laporan Harta Tax Amnesty, Tertinggi di Dunia!
Menurut Jokowi, di tengah perlambatan pertumbuhan perekonomian global, pelemahan harga komoditas global dan kondisi geopolitik yang belum sepenuhnya kondusif, ekonomi Indonesia mampu tumbuh rata-rata5,0% per tahun pada periode 2014-2016, dan naik menjadi 5,01% di semester I tahun 2017, didorong oleh perbaikan kinerja ekspor dan peningkatan investasi.
"Pertumbuhan ekonomi yang tetap dijaga naik disertai berbagai perbaikan pengelolaan anggaran, terus mendorong kepercayaan investor kepada kita," imbuhnya.
Baca Juga: NOTA KEUANGAN: Defisit Anggaran, Jokowi: Kita Tutup dengan Utang tapi Hati-Hati
Bank Dunia merilis Indonesia sebagai salah satu negara teratas dalam Top Improvers bagi perbaikan kemudahan berusaha dan menaikkan peringkat Indonesia dari posisi 106 ke posisi 91 dalam laporan Ease of Doing Business tahun 2017.
Pada bulan Mei 2017, lembaga pemeringkat Standard & Poor’s menaikkan peringkat surat utang negara Indonesia menjadi peringkat layak investasi. Sebelumnya, Fitch dan Moody’s juga menaikkan outlook untuk peringkat layak investasi surat utang negara Indonesia, dari stabil menjadi positif, seiring dengan stabilitas makro ekonomi dan perbaikan daya tahan perekonomian nasional.
"Dengan pengakuan internasional tersebut, untuk pertama kalinya Indonesia mendapat peringkat layak investasi dari seluruh lembaga pemeringkat kredit utama dunia sejak pasca krisis keuangan Asia tahun 1997," tukasnya.
(Dani Jumadil Akhir)