JAKARTA - Hingga akhir Juli 2017 ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat utang Indonesia mengalami kenaikan menjadi Rp3.779,98 triliun. Utang tersebut, bertambah Rp73,47 triliun jika dibandingkan posisi Juni 2017.
Melansir data Kemenkeu, Senin (21/8/2017), selain tambahan utang pemerintah juga mencatatkan pembayaran total utang dan bunga mencapai Rp347,61 triliun atau sekira 67,56% dari pagu APBN 2017.
Adapun pembayaran pokok pinjaman hingga Juli ini mencapai Rp216,72 triliun atau 73,88% dari Pagu APBN sebesar Rp293,33 triliun. Pembayaran pokok utang tersebut, terdiri dari pinjaman dan Surat Berharga Negara (SBN) dengan masing-masing sebesar Rp35,4 triliun dan Rp181,31 triliun.
Baca Juga: Naik Rp73,47 Triliun, Kini Utang Indonesia Capai Rp3.779 Triliun
Sementara untuk pembayaran bunga, tercatat sebesar Rp130,89 triliun atau 59,17% dari Pagu APBN sebesar Rp221,19 triliun. Bunga utang tersebut, terdiri dari pembayaran pinjaman sebesar Rp9,25 triliun atau 57,4% dan pembayaran SBN sebesar Rp121,6 triliun atau 59,31%.
Sekadar informasi, Utang Pemerintah Pusat sampai dengan akhir bulan Juli 2017 mencapai Rp3.779,98 triliun, terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp3.045,0 triliun (80,6%) dan pinjaman sebesar Rp734,98 triliun (19,4%).
Penambahan utang neto selama bulan Juli 2017 adalah sebesar Rp73,47 triliun yang berasal dari penerbitan SBN (neto) sebesar Rp65,50 triliun dan penarikan pinjaman (neto) sebesar Rp7,96 triliun.
Baca Juga: Utang RI Rp3.779 Triliun, Jepang Beri Paling Besar Rp194 Triliun dan China Terkecil Rp20 Miliar
Adapun lima negara pemberi pinjaman bilateral terbesar berasal dari Jepang sebesar Rp194,58 triliun, Jerman sebesar Rp25,05 triliun, Prancis sebesar Rp27,38 triliun, Korea Selatan sebesar Rp19,25 triliun, China sebesar Rp20 miliar dan Amerika Serikat Rp8,16 triliun.
Sementara untuk lima pemberi utang multilateral terbesar, berasal dari Bank Dunia sebesar Rp238,49 triliun, ADB sebesar Rp118,88 triliun, IDB sebesar Rp10,82 triliun, IFAD sebesar Rp2,42 triliun dan EIB sebesar Rp250 miliar.
(Martin Bagya Kertiyasa)