JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 24% menjadi USD1,4 miliar pada periode semester I-2017. Padahal, perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 19% menjadi USD20,5 miliar.
Pantauan Okezone, dalam laporan keuangan BUMN migas tersebut, terlihat sejumlah komponen beban mengalami kenaikan dalam enam bulan pertama di 2017.
Baca juga: Jual Premium Pertamina Rugi Rp400/Liter, Solar Rp1.200/Liter
Berikut daftar sejumlah beban yang menggerus laba bersih Pertamina:
Beban pokok penjualan naik 34,4% menjadi Rp14,86 miliar.
Beban produksi hulu dan lifting naik 18% menjadi Rp1,64 miliar.
Beban eksplorasi naik 188,5% menjadi Rp75,9 juta.
Beban dari aktivitas operasi lainnya naik 25,9% menjadi USD433,9 juta.
Baca juga: Penjualan Premium Turun 43%, Pertamax dan Pertalite Naik 25%
Total dari 4 beban di atas bahkan mencapai USD17 miliar, naik 32,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain itu, ada lagi beban-beban berikut yang menekan kinerja Pertamina:
Beban penjualan dan pemasaran naik 8,8% jadi USD533,3 juta
Beban umum dan administrasi naik 6,8% menjadi USD644,5 juta
Beban lain-lain neto naik 76,9% jadi USD421,67 juta
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik menerangkan, amblasnya kinerja keuangan perseroan akibat kenaikan harga minyak mentah.
Indonesia crude price (ICP) mengalami kenaikan. Di kuartal I-2016, rata-rata ICP adalah USD30,32 per barel jika dibandingkan kuartal I-2017 yang naik ke USD51 per barel, alias naik 69%.
"Ini naiknya crude membuat laba bersih turun 25%," kata dia.
(Fakhri Rezy)