JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani menghadiri acara Persatuan Insinyur Indonesia (PII) di Kantor Pusat Pertamina. Di acara itu, ia meminta para insinyur memikirkan hal inovatif, karena di dalam perekonomian dunia saat ini kompetisi di bidang teknologi begitu ketat.
Dia mengatakan, dalam publikasi Bank Dunia disebutkan bagaimana negara-negara bisa menghadapi perubahan teknologi itu. Hal ini, lanjut dia, menjadi tantangan bagaimana mempersiapkan Indonesia bisa menghadapi perubahan teknologi.
"Tentunya para insinyur diharapkan bisa berkontribusi. Karena Indonesia sudah mendapat skor makin baik di bidang EODB di bidang makro policy, Tapi kita dari sisi teknologi kita masih negara belum bisa maksimal," ujarnya, Jakarta, Jumat (29/9/2017).
Baca Juga: Di Depan Para Insinyur, Sri Mulyani Ungkap Ketidakpuasan dengan Pertumbuhan Investasi
Kembali pada insinyur, kata Sri Mulyani, biasanya para insinyur selalu berpikir inovatif. Bagi seorang ekonom seperti dia, tentu memikirkan hal inovatif tidak terlalu menarik.
Menurut dia, mulai sekarang para insinyur bisa memulai diskusi mengenai perubahan teknologi ini. Jangan sampai investasi yang sekarang diberikan justru tidak bermanfaat ke depannya.
Baca Juga: Sindir BKPM, Sri Mulyani: Minat Investasi Tinggi tapi Realisasi Sedikit
Dia mencontohkan, pada 6 tahun ramai dibicarakan mengenai teknologi solar dengan harga USD25 sent per kilowatt per hour. Namun dalam beberapa waktu ke depan, harga energi solar USD3 sen per kw per hour.
"Jadi bisa dibayangkan dalam waktu cepat cost production bisa sangat turun. Jangan sampai kita investasi bikin pabrik, ternyata ketika sudah bikin ternyata teknologi sudah berubah. Tentu saya harap PII itu adalah suatu kesatuan dari vokational enginer betul-betul banyak sekali atraktif Indonesia terhadap invesment muncul dari barang konsumsi sampai barang pengganti," tukas dia.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)