KULONPROGO – Pemerintah minta petani bawang merah menerapkan strategi dalam pemasaran dan menyikapi harga yang jatuh. Salah satunya dengan sistem tunda jual. Murahnya harga di pasaran karena banyaknya pasokan dari berbagai daerah bersamaan dengan masa panen raya.
“Jangan dijual sekarang lebih baik ditunda,” jelas Kepala Dinas Pertanian DIY Sasongko, Sabtu (14/10/2017).
Petani, kata dia, bias menyimpan dulu bawang merah hasil panenan mereka. Bawang ini baru dilepas ketika harganya bagus. Atau jika tidak hasil produksi bisa dilakukan pengolahan dan pengawetan. Karena kebutuhan bawang merah olahan cukup banyak.
Baca juga: Wih, RI Ekspor 247 Ton Bawang Merah ke Singapura dan Thailand!
“Petani dalam menjual harus berkelompok, sehingga harga ditentukan dalam satu pintu,” ujarnya.
Tidak kalah penting adalah membuat stok untuk benih dalam masa tanam berikutnya. Kerap, petani menual seluruh hasil panenan, tetapi kesulitan untuk menyediakan bibit.
“Jangan semuanya dijual, sebagian disimpan untuk benih,”jelasnya.
Baca juga: Oktober Mendatang, NTT Siap Ekspor Bawang Merah Organik ke Timor Leste
Sebenarnya produktivitas bawang merah di bulak Srikayangan ini cukup bagus. Sedikitnya ada 140 hektare hamparan bawang merah yang memasuki masa panen perdana di akhir musim kemarau. Fluktuasi harga harus diantisipasi dengan kekuatan kelompok tani. Pemasaran bisa dikelola bersama, sehingga posisi tawar petani bisa lebih kuat. Jika masing-masing petani hanya butuh cepat dan terpaksa lepas dengan harga murah mudah dipermainkan oleh pedagang besar.
“Namun perlu diperhitungkan susutnya bawang merah, karena bawang ini kan umbi mengandung kadar air, maka perlu diperhitungkan,” terang Joko Pramono, petugas Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta.
(Rizkie Fauzian)