Garuda Indonesia Cari Pinjaman US$200 Juta untuk Belanja Modal 2018

Agregasi Harian Neraca, Jurnalis
Senin 11 Desember 2017 15:07 WIB
Share :

Pahala mengatakan, hal itu juga dilakukan untuk mencapai target pendapatan tahun ini sebesar US$ 3,2 miliar. Adapun, kata dia, komposisi kontribusi pendapatan tahun ini didominasi penerbangan domestik 52% dan internasional 47%. ”Kita perlu melihat dibandingkan dengan anggaran sampai November dibandingkan tahun lalu sedikit lebih baik, kita perlu sikapi dan tidak ada penurunan," ujarnya.

Terkait hasil dari penerbitan saham perdana (IPO), Pahala mengaku menambah ekuitas sampai US$ 800 juta. ”Ini memberikan keamanan tambahan keamanan bagi para donor dari kita dan bank-bank yang memang membiayai kondisi ini," katanya.

Sebagai catatan, kinerja GIAA dalam sembilan bulan di 2017 memang masih tertekan. Perusahaan membukukan kerugian sebesar US$ 222,04 juta. Kerugian membengkak dibandingkan kerugian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 44,01 juta. Meski demikian, bila dihitung kinerja per kuartal, pada kuartal III tahun ini, GIAA mencatatkan perbaikan.

Tercatat laba bersih perseroan pada periode Juli-September 2016 sejumlah US$ 19,1 juta. Sedangkan, Juli-September 2017, GIAA kira-kira mengantongi laba bersih US$ 38,2 juta. "Sebenernya trek itu kan kinerja operasional finansial bagus per kuartal," kata Senior Manager Public Relationships Garuda Indonesia Ikhsan Rosan.

Ikhsan menambahkan, Garuda akan meningkatkan utilitas pesawat terbang. Dari sebelumnya kurang dari 9 jam per hari, menjadi 9,30 jam per hari. Ke depan, pihaknya menargetkan bisa meningkatkan produktivitas menjadi 11 jam per hari. "Kalau dia terbang lebih lama berarti produksi kita meningkat. Sebelas jam itu sudah paling ideal harus kita ambil," imbuh Ikhsan.

(Rani Hardjanti)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya